Perasaan apa ini? Perasaan yang sudah lama ku rindukan, hangat ...
Aku membuka mataku perlahan menatap langit-langit kamar rumahku, rasa hangat itu, ah tangan ku, aku menoleh ke arah kanan, melihat Bisma menggenggam tangan ku sambil tertidur. Ya ampun sudah berapa lama aku tak sadarkan diri? ku melihat jam yang terpasang di dinding kamar ku menunjukan pukul 23.36 wib.
Esok harinya saat aku bergegas ingin berangkat ke kampus ternyata di luar ada Bisma datang nampaknya ia mau menjemputku dan mengantarku ke kampus.
“Bisma?”
“Hai, gimana keadaan kamu Ra?”
“Hmmm, makasih ya Bis, soal semalam, aku juga minta maaf uda ngerepotin kamu jadinya” Ucapku sambil menggendong tas dan beberapa buku di tanganku.
“Syukurlah kamu gak apa2 Ra, kamu mau ke kampus? bareng aku aja, aku sengaja kesini dulu” Bisma membukakan pintu mobilnya.
“Umhh iya deh” Tersenyum kecil.
Sesampainya di kampus, kami berpisah karena kami berbeda fakultas. Setelah selesai jam kuliah pagi ku ini aku iseng melewati aula, aku mendengar seorang lelaki bernyanyi sambil di iringi gitar, aku mencoba memasuki aula, di sana aku melihat seseorang sedang bermain gitar, aku perlahan langkah demi langkah, memperhatikan sambil menebak2 siapa yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi itu.
“Aurora?” Sambil menoleh kebelakang.
“Bisma? kirain siapa, kamu lagi ngapain disini?” Tanyaku sempat terkejut.
“Harusnya aku yang tanya gitu Ra” Ujar Bisma.
“Hmm ...”
Aku melangkah menuju piano yang berada di panggung aula, aku duduk dan aku mencoba memainkan sebuah lagu. Bisma menghampiri ku dan duduk disebelahku.
“(do, do, re, mi, sol, la, sol, fa, re, do)” Aku memainkannya dengan jari lentiku.
“Hei, aku tau lagu ini, you know me so well, girl I need u ...” Bisma tersenyum.
“...” Aku membalas dengan senyuman lagi.
“Sejak kapan kamu bisa main musik?” Tanya Bisma.
“Emm, entahlah dari kecil mungkin”
“Lha? kok mungkin, ajarin aku dong” Bisma mencoba memainkannya, tapi kacau T,T
“Ehhhh, sini2 ngaco ah”
Aku meraih tangannya, membimbingnya dengan tanganku. Di sisi lain Bisma bukannya memperhatikan sedikit2 dia malah memperhatikan wajahku yang sedang serius mengajarinya. Ya ampun perasaan ini lagi, entah kenapa aku senang sih berada di dekatnya, dia selalu membuatku tenang. Apa aku ...
“Bis! Bismaaaaa!” Aku mencubit pipinya.
“Duuhh, ya Raa kenapa?” Sambil mengelus2 pipinya sendiri.
“Pasti tadi ga merhatiin deh, huuh”
“Emhh merhatiin kok Ra”
Bisma mengambil gitarnya, mulai memainkan sambil bernyanyi dan aku mengiringinya dengan piano, kami bernyanyi bersama, tertawa, hingga setelah selesai bisma kembali duduk di sebelahku, membenarkan posisiku, sehingga kini kami berhadap2an.
“Kamu masih belum jawab pertanyaanku waktu itu Ra, boleh sekarang aku minta jawabannya” Bisma sambil menggenggam tanganku lagi.
“Uh?” Aku menundukan kepala.
“Raa” Sambil menegakkan kembali tatapanku.
“Memangnya pertanyaan yang mana?” Tanyaku menggoda.
“Haaaah, jadi ngerjain nih ceritanya”
“Bukan... ya aku mau jawab kalau kamu ulangi lagi”
“Hmm, Raa, maukah kamu jadi...Ehm, wanna to be my girl?” Bisma lagi2 menatap dengan penuh harapan.
“Hmmmm, engga”
“Hah?” Bisma terlihat kecewa.
“Aku engga bisa Bis, aku, aku” Jadi gugup tiba2.
“Kamu kenapa Raa?” Tanya Bisma mengangkat kembali wajahku yang sempat menunduk.
“Maaf Bis aku gak bisa” Aku melepas tangannya.
“Tapi kenapa Ra? aku pikir kamu juga merasakan apa yang aku rasakan”
“Tapi ini beda Bis, aku, aku engga ...”
“Engga apa?”
“Engga, Bis, kamu harusnya cari yang lebih baik dari aku”
“Kamu udah lebih baik buat aku Ra, cuma kamu yang buat aku kayak gini” Ujar Bisma.
“Tapi, aku engga, Bis, aku gak bisa” Aku menetesan airmata.
“Tapi kenapa Ra? kasih aku kejelasan, dan kamu gak bisa bohong kan Ra” Bisma mengusap air mata ku yang menetes.
“Aku...Aku...” Aku menggenggam tangannya yang menempel di pipiku.
Kepalaku pusing lagi, badan ku serasa remuk lagi, darahku serasa racun di tubuh ini, aaahh kenapa lagi. Bisma yang melihatku seperti ini kebingungan, tapi aku pergi meninggalkannya, dia mengejar tapi aku meminta untuk tidak mengejarku, maafin aku Bis, tak seharusnya ... seperti ini...
“Ra? kamu kenapa lagi Ra? Hi Hidungmu berdarah lagi Ra?” Bisma mengusap darah yang keluar dari hidungku.
“Ughghhh, aku engga, engga apa-apa Bis, kayaknya aku kecapean, aku, aku pergi dulu”
“Tunggu Ra? kamu mau kemana” Menarik tanganku.
“Aku mau ke toilet, terus pulang” Keluh ku sambil memegang kepalaku yang sudah tak tahan lagi sakitnya.
“Biar aku antar ya Ra?” Bisma meminta.
“Gak, gak perlu Bis, aku pulang bareng Stella kok, maaf Bis, kau pergi dulu”
“Ra!” Bisma mengejar.
“Please Bis, aku cuma pingin sendirian aja” Aku sedikit membentak.
“Oh, Ok, Ok, take care Ra, aku sayang sama kamu” Ucap Bisma sambil mencium kening ku.
“I iya” Aku bergegas pergi.
Stella mengantarku pulang, sorenya aku pergi ke toko buku sendirian, tak ku sangka hari ini akan hujan, tahu seperti ini aku tak jadi pergi tadi. Aku ingin berteduh, tapisepertinya hujannya lama berhentinya, sedangkan hari sudah larut, menjelang magrhib. Aku menerobos hujan sehingga semua bajuku basah kuyup, aku menyebrang berhenti di sebuah warung, aku pikir aku akan kuat tapi aku malah kedinginan, aku tak kuat dingin, badanku mengigil, aku menggigit bibirku, kadang bajuku berharap hujan berhenti segera atau ada taksi yang berhenti di hadapanku. Tak lama sebuah mobil berhenti di hadapanku, itu Bisma, syukurlah dia selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkanya. Bisma keluar dan menyelimutiku dengan jaketnya, dan mengantarku ke mobil.
“Ra?! kamu sama sia kesini” Teriak Bisma di tengah hujan.
“Sendirian Bis” Jawabku sambil menggigil.
“Kenapa gak bilang, aku kan bisa anter kamu, cepet masuk”
Di mobil kami tak berbicara sama sekali, aku pun bingung ingin bicara apa, tapi dia memulai pembicaraan, aku tak kuat, hingga tertidur di dalam mobil.
"..."
"..."
"Tadi aku ga sengaja dari sma jemput dicky tapi dia udah duluan" Ujar Bisma.
"Makasih ya Bis" Jawabku pelan.
"Hmm ya" Jawabnya singkat.
Mungkin Bisma masih kesal dengan sikap ku tadi. Hufh, aku tertidur, Bisma memperhatikanku, dia masih perhatian, dia mengusap rambutku yang basah dan mulai mengering. Dia menyentuh tanganku, dia sempat terkejut karena tanganku dingin sekali, dia memegang jidatku, melihatku pucat dan kedinginan tangan kirinya terus menggenggam tanganku erat mencoba menghangatkanku, aku bisa merasakannya, dalam tidurku... Dalam hati aku berbisik, seandainya semua ini tak terjadi... aku takut... Bisma... Terimakasih...
Aku membuka mataku perlahan menatap langit-langit kamar rumahku, rasa hangat itu, ah tangan ku, aku menoleh ke arah kanan, melihat Bisma menggenggam tangan ku sambil tertidur. Ya ampun sudah berapa lama aku tak sadarkan diri? ku melihat jam yang terpasang di dinding kamar ku menunjukan pukul 23.36 wib.
Esok harinya saat aku bergegas ingin berangkat ke kampus ternyata di luar ada Bisma datang nampaknya ia mau menjemputku dan mengantarku ke kampus.
“Bisma?”
“Hai, gimana keadaan kamu Ra?”
“Hmmm, makasih ya Bis, soal semalam, aku juga minta maaf uda ngerepotin kamu jadinya” Ucapku sambil menggendong tas dan beberapa buku di tanganku.
“Syukurlah kamu gak apa2 Ra, kamu mau ke kampus? bareng aku aja, aku sengaja kesini dulu” Bisma membukakan pintu mobilnya.
“Umhh iya deh” Tersenyum kecil.
Sesampainya di kampus, kami berpisah karena kami berbeda fakultas. Setelah selesai jam kuliah pagi ku ini aku iseng melewati aula, aku mendengar seorang lelaki bernyanyi sambil di iringi gitar, aku mencoba memasuki aula, di sana aku melihat seseorang sedang bermain gitar, aku perlahan langkah demi langkah, memperhatikan sambil menebak2 siapa yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi itu.
“Aurora?” Sambil menoleh kebelakang.
“Bisma? kirain siapa, kamu lagi ngapain disini?” Tanyaku sempat terkejut.
“Harusnya aku yang tanya gitu Ra” Ujar Bisma.
“Hmm ...”
Aku melangkah menuju piano yang berada di panggung aula, aku duduk dan aku mencoba memainkan sebuah lagu. Bisma menghampiri ku dan duduk disebelahku.
“(do, do, re, mi, sol, la, sol, fa, re, do)” Aku memainkannya dengan jari lentiku.
“Hei, aku tau lagu ini, you know me so well, girl I need u ...” Bisma tersenyum.
“...” Aku membalas dengan senyuman lagi.
“Sejak kapan kamu bisa main musik?” Tanya Bisma.
“Emm, entahlah dari kecil mungkin”
“Lha? kok mungkin, ajarin aku dong” Bisma mencoba memainkannya, tapi kacau T,T
“Ehhhh, sini2 ngaco ah”
Aku meraih tangannya, membimbingnya dengan tanganku. Di sisi lain Bisma bukannya memperhatikan sedikit2 dia malah memperhatikan wajahku yang sedang serius mengajarinya. Ya ampun perasaan ini lagi, entah kenapa aku senang sih berada di dekatnya, dia selalu membuatku tenang. Apa aku ...
“Bis! Bismaaaaa!” Aku mencubit pipinya.
“Duuhh, ya Raa kenapa?” Sambil mengelus2 pipinya sendiri.
“Pasti tadi ga merhatiin deh, huuh”
“Emhh merhatiin kok Ra”
Bisma mengambil gitarnya, mulai memainkan sambil bernyanyi dan aku mengiringinya dengan piano, kami bernyanyi bersama, tertawa, hingga setelah selesai bisma kembali duduk di sebelahku, membenarkan posisiku, sehingga kini kami berhadap2an.
“Kamu masih belum jawab pertanyaanku waktu itu Ra, boleh sekarang aku minta jawabannya” Bisma sambil menggenggam tanganku lagi.
“Uh?” Aku menundukan kepala.
“Raa” Sambil menegakkan kembali tatapanku.
“Memangnya pertanyaan yang mana?” Tanyaku menggoda.
“Haaaah, jadi ngerjain nih ceritanya”
“Bukan... ya aku mau jawab kalau kamu ulangi lagi”
“Hmm, Raa, maukah kamu jadi...Ehm, wanna to be my girl?” Bisma lagi2 menatap dengan penuh harapan.
“Hmmmm, engga”
“Hah?” Bisma terlihat kecewa.
“Aku engga bisa Bis, aku, aku” Jadi gugup tiba2.
“Kamu kenapa Raa?” Tanya Bisma mengangkat kembali wajahku yang sempat menunduk.
“Maaf Bis aku gak bisa” Aku melepas tangannya.
“Tapi kenapa Ra? aku pikir kamu juga merasakan apa yang aku rasakan”
“Tapi ini beda Bis, aku, aku engga ...”
“Engga apa?”
“Engga, Bis, kamu harusnya cari yang lebih baik dari aku”
“Kamu udah lebih baik buat aku Ra, cuma kamu yang buat aku kayak gini” Ujar Bisma.
“Tapi, aku engga, Bis, aku gak bisa” Aku menetesan airmata.
“Tapi kenapa Ra? kasih aku kejelasan, dan kamu gak bisa bohong kan Ra” Bisma mengusap air mata ku yang menetes.
“Aku...Aku...” Aku menggenggam tangannya yang menempel di pipiku.
Kepalaku pusing lagi, badan ku serasa remuk lagi, darahku serasa racun di tubuh ini, aaahh kenapa lagi. Bisma yang melihatku seperti ini kebingungan, tapi aku pergi meninggalkannya, dia mengejar tapi aku meminta untuk tidak mengejarku, maafin aku Bis, tak seharusnya ... seperti ini...
“Ra? kamu kenapa lagi Ra? Hi Hidungmu berdarah lagi Ra?” Bisma mengusap darah yang keluar dari hidungku.
“Ughghhh, aku engga, engga apa-apa Bis, kayaknya aku kecapean, aku, aku pergi dulu”
“Tunggu Ra? kamu mau kemana” Menarik tanganku.
“Aku mau ke toilet, terus pulang” Keluh ku sambil memegang kepalaku yang sudah tak tahan lagi sakitnya.
“Biar aku antar ya Ra?” Bisma meminta.
“Gak, gak perlu Bis, aku pulang bareng Stella kok, maaf Bis, kau pergi dulu”
“Ra!” Bisma mengejar.
“Please Bis, aku cuma pingin sendirian aja” Aku sedikit membentak.
“Oh, Ok, Ok, take care Ra, aku sayang sama kamu” Ucap Bisma sambil mencium kening ku.
“I iya” Aku bergegas pergi.
Stella mengantarku pulang, sorenya aku pergi ke toko buku sendirian, tak ku sangka hari ini akan hujan, tahu seperti ini aku tak jadi pergi tadi. Aku ingin berteduh, tapisepertinya hujannya lama berhentinya, sedangkan hari sudah larut, menjelang magrhib. Aku menerobos hujan sehingga semua bajuku basah kuyup, aku menyebrang berhenti di sebuah warung, aku pikir aku akan kuat tapi aku malah kedinginan, aku tak kuat dingin, badanku mengigil, aku menggigit bibirku, kadang bajuku berharap hujan berhenti segera atau ada taksi yang berhenti di hadapanku. Tak lama sebuah mobil berhenti di hadapanku, itu Bisma, syukurlah dia selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkanya. Bisma keluar dan menyelimutiku dengan jaketnya, dan mengantarku ke mobil.
“Ra?! kamu sama sia kesini” Teriak Bisma di tengah hujan.
“Sendirian Bis” Jawabku sambil menggigil.
“Kenapa gak bilang, aku kan bisa anter kamu, cepet masuk”
Di mobil kami tak berbicara sama sekali, aku pun bingung ingin bicara apa, tapi dia memulai pembicaraan, aku tak kuat, hingga tertidur di dalam mobil.
"..."
"..."
"Tadi aku ga sengaja dari sma jemput dicky tapi dia udah duluan" Ujar Bisma.
"Makasih ya Bis" Jawabku pelan.
"Hmm ya" Jawabnya singkat.
Mungkin Bisma masih kesal dengan sikap ku tadi. Hufh, aku tertidur, Bisma memperhatikanku, dia masih perhatian, dia mengusap rambutku yang basah dan mulai mengering. Dia menyentuh tanganku, dia sempat terkejut karena tanganku dingin sekali, dia memegang jidatku, melihatku pucat dan kedinginan tangan kirinya terus menggenggam tanganku erat mencoba menghangatkanku, aku bisa merasakannya, dalam tidurku... Dalam hati aku berbisik, seandainya semua ini tak terjadi... aku takut... Bisma... Terimakasih...
T Be Continue ===>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Surat Untuk Syf