Senin, 20 Mei 2013

Kegiatan Donor Darah di Kampus STBA YAPARI - ABA Bandung



Reported by Bulan Kecil

Selamat pagi universe!

20 Mei 2013, SENATMAHASISWA STBA YAPARI – ABA BANDUNG melaksanakan kegiatan donor darah bekerjasama dengan PMI cabang Bandung, yang bertempat di Lantai Merah Kampus STBA YAPARI – ABA Bandung. Kegitatan ini dimulai dari pukul 08.30 sampai dengan 14.00, dan dibuka untuk umum. Sejauh ini tercatat sekitar 85 orang yang mendaftarnamun hanya beberapa yang memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya.
Untuk sekedar pengetahuan ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendonor darah diantaranya:
1.       Usia 17 tahun s/d 60 tahun.
2.      Berat badan minimal 47 kilogram.
3.       Hari ini sehat, tidak sedang flu/batuk/demam/pusing.
4.      Sudah makan/sarapan pagi.
5.      Tidak habis begadang, tidur minimal 5 jam.
6.      Wanita tidak sedang menstruasi/hamil/menyusui.
7.       Tidak sedang minum obat, seperti analgetik/obat flu/antibiotik.
8.      Tidak punya penyakit jantung/ginjal/diabetes/hemofilia.
9.      Jarak terdekat dengan donor darah sebelumnya 70 hari.
Wah banyak juga ya? Sebel sih, karena saya gak bisa ikut mendonorkan darah karena beberapa hal. Yuk kita denger gimana sih ceritanya teman-teman kita yang ikut mendonorkan darahnya.

“Golongan darah aku AB, Ini udah yang ketiga kalinya aku ikut donor darah. Biasanya darah yang diambil itu sekitar 350cc. Sebenernya sih lima kali, cuma yang gagal dua kali karena Hbnya rendah, Hb yang bagus itu harus cair, katanya sih banyakin aja makan bayem, ati ayam. Ya, gak kerasa apa-apa sih, sakitnya juga kayak disuntik.” Kata seorang pendonor gadis yang ramah.
“Sebenernya sih ini pertama kalinya aku ikut donor darah. Takut tapi pingin. Dulu mau ikut bentrok terus acaranya, akhirnya baru kali ini bisa hehehe, itu juga agak takut awalnya. Sakit biasa aja sih pas masukin jarumnya,  waktu darahnya disedot mah biasa aja. Tapi pas udahnya baru kerasa mualnya hahaha. Menurut saya sih ini acara yang the best banget, karena acara sosial kayak gini jarang-jarang diadain di kampus, apalagi kalau sampe bisa ngundang dari luar juga.” Kata seorang lelaki yang saat itu masih berbaring dengan selang yang menyedot darahnya.
 
Ada juga yang komentarnya dan masukannya bagus dan lucu nih hehehe.
“Acaranya bagus, jarang juga ada acara-acara kayak gini, sekalian periksa golongan darah. Coba sekalian ada acara periksa mata gratis, atau periksa gigi dan pasang behel gratis, hehehe, sukses terus deh acaranya.” Kata seorang laki-laki sambil tertawa.





Well, that’s all about! Alhamdulillah! Selain beramal, nambah pengetahuan, nambah temen juga hehehe, asyik ya? Selesai acaranya, sukses terus untuk SEMA STBA YAPARI – ABA Bandung. Semoga kedepannya selalu ada momen untuk kita saling berbagi.


Sabtu, 18 Mei 2013

Flash Fiction: Rahasia!

Baca juga seri lainnya DISINI
Written by Bulan Kecil

“Jadi, inilah akhirnya?” Jawab Clara dengan airmatanya yang tak terbendu lagi.
"Kita gak pernah mengakhiri semua ini. Karena kita gak pernah memulainya." Jawab Farel tersenyum kecil, sambil menepuk kedua bahu Clara.
“Iya... Kamu bener. Kita gak pernah memulainya sama sekali. Maafin aku Rel.” Airmata Clara menetes.  
"Aku juga minta maaf, gak seharusnya kita saling memaksakan diri." Jawab Farel bijak.
"Aku gak tau harus gimana. Tapi, ayo kita mulai semuanya dari awal lagi.” Ucap Clara dengan nada perih.
“Makasih. Tapi aku gak bisa. Aku gak mau kehilangan orang yang menyayangiku dengan tulus. Aku yakin, kamu pasti akan segera bertemu dengan orang yang tepat. Aku harus pergi, good luck ya!” Jawab Farel, sambil mencium kening Clara.
                Baru aja aku mau kasih misting isi pasta buat kamu. Tapi ternyata kamu sedang bertukar rindu dengan malaikatmu ya Rel.
“Ternyata... Maafin aku ya, aku udah jahat banget... Aku bakal coba. Ya, harus... Aku harus bisa menghapus perasaan ini.” Airmataku tak dapat lagi tertahankan.

And then...

                Duduk diam di bangku taman, telunjukku tak henti mengetuk-ngetuk misting yang ku pegang dari tadi. Aku menunduk dengan tatapan kosong, wajah yang kusut, mengurangi selera makanku di siang itu.
“Hufft, hari ini, aku makan siang sendiri lagi. Padahal, aku udah bawa pasta. Hmm, yaudah deh, selamat makan!”
Ku buka mistingku, satu suap... dua suap... tiga suap... aku mengangguk-anggukan kepalaku sendiri.
“Maafin aku ya, aku udah jahat banget.”
Empat suap... Lima suap... Enam suap... aku menggeleng-gelengkan kepalaku sendiri.
“Enggak! Enggak! Enggak! Aku yang terlalu banyak berharap! Hufft!”
Tujuh suap... Delapan suap... Sembilan suap... Tinggal terseisa satu suap lagi beef pasta cheese sauces buatanku. Aku tersenyum, mencoba menikmati suapan terakhirku ini. Sepu... Tiba-tiba...
“Pasta punya aku mana?” Ujar seseorang. Lalu, aku menoleh ke arah kananku.
“Haaam! Nyam... Nyam... Nyam!” Habis sudah pasta buatanku itu. Dengan wajah datar sambil mengunyah pasta, aku tidak bersuara.
“Yaaaah! Pastaku!” Ujar seseorang dengan nada kecewa. Ya, itu kamu, Farel.
“Maaf ya.” Ujarku sambil tersenyum kecil.
Kamu tau Farel? Saat itu aku bingung. Apa aku harus merasa takut? Atau merasa senang? Aku takut, aku gak bisa menghapus perasaan ini. Tapi aku juga senang, aku senang karena kamu datang. Jadi aku harus bagaimana Rel?
“Padahal aku ngidam itu lho dari semalem. Tapi gak apa-apa deh, aku seneng karena kamu jadi banyak makan akhir-akhir ini.” Jawabmu tersenyum sambil menepuk-nepuk poni rambutku.
Sekali lagi, aku hanya bisa terdiam. Aku bingung. Tapi, cinta itu...
“Aku baru makan kok. Lagi pula, aku emang masak pasta ini buat sendiri.” Senyumku padanya.
“Hah? Jadi itu bukan buat aku ya? Ternyata,
“Hahaha, Baiklah kalau gitu, ini punya kamu! Tanpa bawang, tanpa saos tomat, dan kejunya banyak!” Ujarku tersenyum, sambil mengeluarkan kotak misting dari dalam tasku, lalu ku berikan padanya.
“Sudah ku duga! You’re my real angel!” Tegas Farel tersenyum lebar, sambil membuka kotak misting dariku, dan mulai mencicipinya.
Satu suap... dua suap... tiga suap... aku terus memperhatikanmu makan sambil tersenyum.
“Hmm! Enak! Kamu emang paling bisa ya! Eh, anyway ada mantranya gak nih?” Tanya Farel sambil mengunyah pasta yang penuh di mulutnya.
“Mantra? Enggak kok.” Jawabku agak bingung.
“Tapi kok aku selalu ngerasa seneng sih tiap makan pasta buatan kamu?” Tanya Farel heran.
“Oh, itu. Ada bumbu rahasianya!” Jawabku tersenyum.
“Apa tuh? Cinta ya?” Jawabnya agak sedikit menggoda.
“Hmmm, somethings like that. Ada harapan yang aku simpan disitu, aku harap, dia yang memakannya akan merasa senang dan semangat dalam menjalani hari-harinya.” Jawabku sambil tersenyum padanya. Dia berhenti menyuapkan pasta ke mulutnya, lalu menghadap kearahku sambil tersenyum.
“Kalau harapan yang kamu simpen diantara kita?” Tanya Farel, dengan tatapan yang dalam.
“Hmm... Itu...” Jawabku ragu.
“Itu?” Dia semakin mendekat kewajahku.
“Itu rahasia!” Bisikku ke telinganya.

Saat itu juga aku pergi, dan saat itu juga kamu tersenyum...
Jadi? Harapan itu?

Kamis, 16 Mei 2013

Flash Fiction: Mantra Terakhir!


Written by Bulan Kecil

Hai, namaku Luna, aku pingin jadi temen kamu. Boleh ya?
“Hngg.. Tiga.. Dua.. Satu.. Perih di balik senyuman kamu akan hilang! Fuuuhh! Bisik Luna lembut ke telinga Farel.
“Kamu tuh, ngapain sih?” Farel mengusap-usap telinganya, sambil tersenyum kecil.
“Itu mantra.” Senyum Luna.
“Hah? Mantra? Buat apa?” Tanya Farel heran.
“Hufft, kamu tuh, suka pura-pura gak ngerti deh.” Jawab Luna agak ketus sambil cemberut.
“Ih, aku serius, aku emang gak ngerti. Jjah! Ngambek gitu, hahaha.” Goda Farel sambil tertawa kecil.
“Yaudah, lupain aja, hahaha.” Luna tertawa dengan terpaksa.
“Hahaha, kamu tuh, ada-ada aja. Makasih ya!” Ujar Farel tersenyum, sambil menepuk poni rambut Luna.
“Hah? Hu’um! Nah, gitu dong!” Luna mengangguk dan tersenyum.

Tiga.. Dua.. Satu.. Kita ketemu lagi di perpus =)
“Hai!” Sapaku sambil tersenyum.
“Eh, hai!” Balas Farel yang sibuk dengan berkas-berkasnya.
“Hngg.. Semangat ya!” Ucapku penuh semangat padanya, sampai kuangakat sedikit kedua tanganku di hadapannya.
“Hah? Eh, iya kamu juga, semangat!” Farel hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
“Hmm, kenapa?” Ujarku lembut, yang sedari tadi memperhatikannya.
“Liat pulplen aku gak? Perasaan dari tadi diselipin di buku deh, duh!” Farel gelisah, berputar-putar mencari balpoin miliknya, sementara aku hanya bisa tersenyum kecil.
“Hufft, sini, sini, sini! Take your time brother!” Kedua tanganku disimpannya di bahu Farel, agar Farel berdiri tepat berhadapan denganku.
“Eh? Kenapa?” Farel sedikit heran.
“Oke! Dari tadi tuh pulpennya kamu pegang! Ckckckck! Ujarku yang hanya bisa tersenyum sambil menggelen-gelengkan kepala.
“Hah? Ah, sial! Kok aku jadi gak fokus gini sih?! Argh!” Farel mengacak-acak rambutnya, padahal rambutnya pendek, jadi gak akan acak-acakkan hehe.
“Udah.. Udah.. You know what should you do then! Right? Ujarku sambil tersenyum.
“Hahh.. Iya, thanks ya! Jadi malu sendiri hahaha!” Farel sedikit menghela nafas, dan dia hanya tersenyum kecil.
“Hmm… Kayaknya kamu butuh mantra aku lagi deh!” Saranku padanya.
Mantra? Oh iya, boleh tuh!” Balas Farel sambil tertawa kecil.
“Hahaha, gak jadi deh, nanti malah diketawain lagi. Lagian, banyak orang.” Ujarku sambil menutup mulutku dengan telapak tangan kiriku.
“Hahaha, yaudah, gak apa-apa kok.” Farel hanya tersenyum kecil, sambil melanjutkan memeriksa arsipnya.
“Hmm, nih!” Aku tuliskan “Fighting!” pada secarik kertas kecil, ku tiup lembut, lalu kusisipkan pada salah satu berkasnya, setelah itu ku pergi, sambil memperhatikan dari kejauhan.
“Fighting?” Farel tersenyum.
“Syukurlah. Terimakasih Tuhan.” Bisikku dalam hati.
Hari ini aku kita belum berjodoh =(
“Good evening universe!” Ucapku pelan, melebarkan kedua tanganku kesamping, mencoba menikmati udara senja di balkon depan kelas.
“Hufft, hari ini aku belum liat kamu? Gimana kabarmu hari ini ya? Semoga kamu tetap tersenyum ya? Kan udah aku tiupin mantraku hahaha hufft, padahal hari ini aku punya cerita lucu, tadinya mau aku share ke kamu. Tapi ternyata hari ini kita belum berjodoh, hehehe. Mungkin lain kali ya?” Ujarku monolog di senja itu.

Semakin dekat, semakin kulihat, semakin ku dengar, semakin kurasa, semakin ku tahu, tentang kamu... Semuanya, sampai sayangku juga tentang kamu =)
            “Kamu tau siput?” Tanya Farel sambil tersenyum, saat kita memperhatikan siput kecil yang merayap menempel di batang pohon.
                “Iya, hewan kecil ini kan? Kenapa dengan siput?” Tanyaku polos.
                “Siput itu hewan yang tangguh.” Ujarnya tersenyum kecil.
                “Tangguh? Mereka lamban, terus beraninya umpet-umpetan! Terus menggelikan!” Ujarku merinding, soalnya aku gak suka hewan mengeliat-mengeliat.
                “Hahaha. Siput memang lamban, pengecut, udah gitu menjijikan lagi. Tapi siput gak peduli, biarpun dinilai seburuk itu, mereka memilih untuk menjalani perjalanan kehidupan mereka sendiri. Dengan kesabaran yang mereka punya, mereka bisa sampe di puncak pohon. Kita jadi belajar, bahwa selalu ada sesuatu yang istimewa dari setiap diri seseorang, dan kita jadi tau, gak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri, seutuhnya.” Jelas Farel pelan, lalu tersenyum.
                “I.. Iya.. Makasih ya!” Aku ikut tersenyum.
                “Jadi masih takut sama siput?” Tanya dia agak sedikit menggoda.
                “Hahaha, hmm, gimana yah, abis geli sih.” Ujarku manja.
                “Hahaha, kamu tuh, ada-ada aja.” Farel tersenyum.
                “Kamu manis, aku suka, maaf ya, hahaha.” Bisikku dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri.

Aku benci kamu!
            “Aku bisa sendiri kok!” Tegasku pada Farel.
“Kamu jangan sok kuat, sini biar aku yang gendong!” Pinta kamu agak ketus.
“Gak! Aku bisa sendiri!” Tegasku.
“Aku tau kamu itu gadis yang kuat, tapi kamu akan lebih kuat kalau aku bantu sayang.” Farel tersenyum dan menggendongku ke kursi roda.
“Huh!”


Kenapa? =’(
            “...” Cuma koridor panjang di kampus yang jadi saksi bisu, aku menangis. Aku liat kamu cium kening seorang cewek, dia cantik sekali. Seperti malaikat sungguhan. Dia membawakanmu, sekotak, eh tidak-tidak, seikat.. bukan, sebongkah, engga bukan, tapi sesuatu, sesuatu yang padahal setiap hari aku bawa buat kamu... ya, sesuatu itu, cinta... Tapi kenapa dia?!

Maafin aku ya? Aku ijin bertugas, soalnya malaikat kamu udah balik lagi =(
            “Selamat liburan ya!” Senyumku.
                “Kamu juga, jaga diri baik-baik ya!” Balas Farel.
                “Bye!” Aku melambaikan tangan dan pergi.
                “Bye!” Lalu pacarmu datang menjemputmu dengan senyuman hangatnya.

Dia yang bodoh!
                “Nih susu cokelat hangat! Kata bunda, cokelat bisa rubah mood kita jadi lebih fun.” Ujarku sambil menyerahkan botol minum kecil milikku.
                “Thanks!” Kata Farel sambil meneguk sedikit hot chocomilk dariku.
                “Hmm, boleh gak aku sedikit berkomentar, tapi aku minta maaf dulu sebelumnya.” Ujarku agak gak enak sama Farel.
“Iya. Kenapa?” Balas Farel singkat, dia masih dingin, mungkin Farel masih sedih, karena pacarnya meninggalkan Farel untuk orang lain.
“Pacar kamu itu bodoh ya? Eh, maksudku mantan kamu, ya siapapun itu?”
“Bodoh?” Tanya Farel.
“Iya, bodoh! Soalnya, dia udah ninggalin dan menyakiti perasaan orang yang sangat menyayangi dia dengan tulus.” Aku langsung menutup mulutku, lalu tersenyum.
“... Iya, bodoh ...” Farel hanya diam, lalu tersenyum kecil.
Jangan buat aku khawatir lagi ya?
            “Kamu jelek kalau lagi bete!” Ujarku pada Farel.
                “Berarti aku ganteng kan kalau gak bete?” Jawabnya.
                “Kamu tetep jelek, soalnya kalaupun kamu lagi gak bete, kamu gak mau senyum!” Balasku.
                “Hahaha.” Lalu Farel tersenyum.

Saatnya hampir tiba
            “Farel, rasanya sakit. Maafin aku ya.” Ujarku, yang terbaring lemas di kasur.
“Besok kita ke kebuh binatang ya?” Tanya Farel, yang tetap menggenggam tanganku saat aku berbaring di kamar dengan infus yang menggantung disampingku.
                “Gak ah, aku takut diculik beruang.” Ujarku pelan.
                “Kan ada aku yang jagain kamu.” Jawab Farel, sambil tersenyum.
                “Gak mau, aku kan harus pulang.” Balasku sambil mencoba tersenyum.

Ini mantra terakhir =’(
                “Farel, hari ini, hari ulang tahun kamu ya? Aku bingung mau kasih hadiah apa sama kamu, aku belum sempet nyari, dan aku harus segera pulang, maaf ya... Tapi aku punya sesuatu buat kamu, mungkin gak seberapa, tapi aku harap, ini bisa mewakili semuanya. Termasuk kehadiran aku, karena saat kamu baca surat ini, pasti aku udah pulang dan gak ada lagi di bumi. Aku titip ini aja ya =)”
“Farel, ini mantra terakhirku. Semangat ya sayang!”


~The End~





Inspirated by You, Universe, Love, and W. Mustika's Book