Kamis, 16 Mei 2013

Flash Fiction: Mantra Terakhir!


Written by Bulan Kecil

Hai, namaku Luna, aku pingin jadi temen kamu. Boleh ya?
“Hngg.. Tiga.. Dua.. Satu.. Perih di balik senyuman kamu akan hilang! Fuuuhh! Bisik Luna lembut ke telinga Farel.
“Kamu tuh, ngapain sih?” Farel mengusap-usap telinganya, sambil tersenyum kecil.
“Itu mantra.” Senyum Luna.
“Hah? Mantra? Buat apa?” Tanya Farel heran.
“Hufft, kamu tuh, suka pura-pura gak ngerti deh.” Jawab Luna agak ketus sambil cemberut.
“Ih, aku serius, aku emang gak ngerti. Jjah! Ngambek gitu, hahaha.” Goda Farel sambil tertawa kecil.
“Yaudah, lupain aja, hahaha.” Luna tertawa dengan terpaksa.
“Hahaha, kamu tuh, ada-ada aja. Makasih ya!” Ujar Farel tersenyum, sambil menepuk poni rambut Luna.
“Hah? Hu’um! Nah, gitu dong!” Luna mengangguk dan tersenyum.

Tiga.. Dua.. Satu.. Kita ketemu lagi di perpus =)
“Hai!” Sapaku sambil tersenyum.
“Eh, hai!” Balas Farel yang sibuk dengan berkas-berkasnya.
“Hngg.. Semangat ya!” Ucapku penuh semangat padanya, sampai kuangakat sedikit kedua tanganku di hadapannya.
“Hah? Eh, iya kamu juga, semangat!” Farel hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
“Hmm, kenapa?” Ujarku lembut, yang sedari tadi memperhatikannya.
“Liat pulplen aku gak? Perasaan dari tadi diselipin di buku deh, duh!” Farel gelisah, berputar-putar mencari balpoin miliknya, sementara aku hanya bisa tersenyum kecil.
“Hufft, sini, sini, sini! Take your time brother!” Kedua tanganku disimpannya di bahu Farel, agar Farel berdiri tepat berhadapan denganku.
“Eh? Kenapa?” Farel sedikit heran.
“Oke! Dari tadi tuh pulpennya kamu pegang! Ckckckck! Ujarku yang hanya bisa tersenyum sambil menggelen-gelengkan kepala.
“Hah? Ah, sial! Kok aku jadi gak fokus gini sih?! Argh!” Farel mengacak-acak rambutnya, padahal rambutnya pendek, jadi gak akan acak-acakkan hehe.
“Udah.. Udah.. You know what should you do then! Right? Ujarku sambil tersenyum.
“Hahh.. Iya, thanks ya! Jadi malu sendiri hahaha!” Farel sedikit menghela nafas, dan dia hanya tersenyum kecil.
“Hmm… Kayaknya kamu butuh mantra aku lagi deh!” Saranku padanya.
Mantra? Oh iya, boleh tuh!” Balas Farel sambil tertawa kecil.
“Hahaha, gak jadi deh, nanti malah diketawain lagi. Lagian, banyak orang.” Ujarku sambil menutup mulutku dengan telapak tangan kiriku.
“Hahaha, yaudah, gak apa-apa kok.” Farel hanya tersenyum kecil, sambil melanjutkan memeriksa arsipnya.
“Hmm, nih!” Aku tuliskan “Fighting!” pada secarik kertas kecil, ku tiup lembut, lalu kusisipkan pada salah satu berkasnya, setelah itu ku pergi, sambil memperhatikan dari kejauhan.
“Fighting?” Farel tersenyum.
“Syukurlah. Terimakasih Tuhan.” Bisikku dalam hati.
Hari ini aku kita belum berjodoh =(
“Good evening universe!” Ucapku pelan, melebarkan kedua tanganku kesamping, mencoba menikmati udara senja di balkon depan kelas.
“Hufft, hari ini aku belum liat kamu? Gimana kabarmu hari ini ya? Semoga kamu tetap tersenyum ya? Kan udah aku tiupin mantraku hahaha hufft, padahal hari ini aku punya cerita lucu, tadinya mau aku share ke kamu. Tapi ternyata hari ini kita belum berjodoh, hehehe. Mungkin lain kali ya?” Ujarku monolog di senja itu.

Semakin dekat, semakin kulihat, semakin ku dengar, semakin kurasa, semakin ku tahu, tentang kamu... Semuanya, sampai sayangku juga tentang kamu =)
            “Kamu tau siput?” Tanya Farel sambil tersenyum, saat kita memperhatikan siput kecil yang merayap menempel di batang pohon.
                “Iya, hewan kecil ini kan? Kenapa dengan siput?” Tanyaku polos.
                “Siput itu hewan yang tangguh.” Ujarnya tersenyum kecil.
                “Tangguh? Mereka lamban, terus beraninya umpet-umpetan! Terus menggelikan!” Ujarku merinding, soalnya aku gak suka hewan mengeliat-mengeliat.
                “Hahaha. Siput memang lamban, pengecut, udah gitu menjijikan lagi. Tapi siput gak peduli, biarpun dinilai seburuk itu, mereka memilih untuk menjalani perjalanan kehidupan mereka sendiri. Dengan kesabaran yang mereka punya, mereka bisa sampe di puncak pohon. Kita jadi belajar, bahwa selalu ada sesuatu yang istimewa dari setiap diri seseorang, dan kita jadi tau, gak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri, seutuhnya.” Jelas Farel pelan, lalu tersenyum.
                “I.. Iya.. Makasih ya!” Aku ikut tersenyum.
                “Jadi masih takut sama siput?” Tanya dia agak sedikit menggoda.
                “Hahaha, hmm, gimana yah, abis geli sih.” Ujarku manja.
                “Hahaha, kamu tuh, ada-ada aja.” Farel tersenyum.
                “Kamu manis, aku suka, maaf ya, hahaha.” Bisikku dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri.

Aku benci kamu!
            “Aku bisa sendiri kok!” Tegasku pada Farel.
“Kamu jangan sok kuat, sini biar aku yang gendong!” Pinta kamu agak ketus.
“Gak! Aku bisa sendiri!” Tegasku.
“Aku tau kamu itu gadis yang kuat, tapi kamu akan lebih kuat kalau aku bantu sayang.” Farel tersenyum dan menggendongku ke kursi roda.
“Huh!”


Kenapa? =’(
            “...” Cuma koridor panjang di kampus yang jadi saksi bisu, aku menangis. Aku liat kamu cium kening seorang cewek, dia cantik sekali. Seperti malaikat sungguhan. Dia membawakanmu, sekotak, eh tidak-tidak, seikat.. bukan, sebongkah, engga bukan, tapi sesuatu, sesuatu yang padahal setiap hari aku bawa buat kamu... ya, sesuatu itu, cinta... Tapi kenapa dia?!

Maafin aku ya? Aku ijin bertugas, soalnya malaikat kamu udah balik lagi =(
            “Selamat liburan ya!” Senyumku.
                “Kamu juga, jaga diri baik-baik ya!” Balas Farel.
                “Bye!” Aku melambaikan tangan dan pergi.
                “Bye!” Lalu pacarmu datang menjemputmu dengan senyuman hangatnya.

Dia yang bodoh!
                “Nih susu cokelat hangat! Kata bunda, cokelat bisa rubah mood kita jadi lebih fun.” Ujarku sambil menyerahkan botol minum kecil milikku.
                “Thanks!” Kata Farel sambil meneguk sedikit hot chocomilk dariku.
                “Hmm, boleh gak aku sedikit berkomentar, tapi aku minta maaf dulu sebelumnya.” Ujarku agak gak enak sama Farel.
“Iya. Kenapa?” Balas Farel singkat, dia masih dingin, mungkin Farel masih sedih, karena pacarnya meninggalkan Farel untuk orang lain.
“Pacar kamu itu bodoh ya? Eh, maksudku mantan kamu, ya siapapun itu?”
“Bodoh?” Tanya Farel.
“Iya, bodoh! Soalnya, dia udah ninggalin dan menyakiti perasaan orang yang sangat menyayangi dia dengan tulus.” Aku langsung menutup mulutku, lalu tersenyum.
“... Iya, bodoh ...” Farel hanya diam, lalu tersenyum kecil.
Jangan buat aku khawatir lagi ya?
            “Kamu jelek kalau lagi bete!” Ujarku pada Farel.
                “Berarti aku ganteng kan kalau gak bete?” Jawabnya.
                “Kamu tetep jelek, soalnya kalaupun kamu lagi gak bete, kamu gak mau senyum!” Balasku.
                “Hahaha.” Lalu Farel tersenyum.

Saatnya hampir tiba
            “Farel, rasanya sakit. Maafin aku ya.” Ujarku, yang terbaring lemas di kasur.
“Besok kita ke kebuh binatang ya?” Tanya Farel, yang tetap menggenggam tanganku saat aku berbaring di kamar dengan infus yang menggantung disampingku.
                “Gak ah, aku takut diculik beruang.” Ujarku pelan.
                “Kan ada aku yang jagain kamu.” Jawab Farel, sambil tersenyum.
                “Gak mau, aku kan harus pulang.” Balasku sambil mencoba tersenyum.

Ini mantra terakhir =’(
                “Farel, hari ini, hari ulang tahun kamu ya? Aku bingung mau kasih hadiah apa sama kamu, aku belum sempet nyari, dan aku harus segera pulang, maaf ya... Tapi aku punya sesuatu buat kamu, mungkin gak seberapa, tapi aku harap, ini bisa mewakili semuanya. Termasuk kehadiran aku, karena saat kamu baca surat ini, pasti aku udah pulang dan gak ada lagi di bumi. Aku titip ini aja ya =)”
“Farel, ini mantra terakhirku. Semangat ya sayang!”


~The End~





Inspirated by You, Universe, Love, and W. Mustika's Book


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Syf