Sabtu, 31 Maret 2012

Inspirasi dari Rangkaian Cerita di Hari Ini

Ketika "menghadapi" adalah hal tersulit. Mengingat-Nya adalah ketenangan untuk menghadapi hal sesulit apapun.
Ketika meniru adalah hal sulit. Hal teristimewa adalah "menjadi diri sendiri seutuhnya".
Jika mimpi adalah indah, hal "sulit" adalah proses pencapaiannya.
Saat marah karena kecewa, melihat kembali "diri sendiri" adalah "penerimaannya". 

Seperti terlarut dalam duka dan tawa, "pengendalian diri" adalah kuncinya.
Seperti pohon yang bercabang-cabang, apa yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain.
Seperti semerbak harum bunga yang bermekaran, berbagi kebaikan adalah butir "keindahan".
Ketika berusaha adalah yang terbaik, berdoa adalah kekuatan untuk menemaninya.

Ketika sakit datang menunggu, menjaga kesehatan diri adalah "kepastian" untuk mengusirnya.
Ketika "menyerah" dalam menghadapi, "cinta" adalah energi yang melengkapi.
Ketika berkarya adalah berbagi, "kecintaan" adalah sumber kreativitasnya.
Ketika mencoba adalah keraguan, "optimis" adalah alas untuk melangkah.

Seperti matahari, bulan, dan bumi yang saling melengkapi. 
Jika hidup meninggalkan kisah, "lakukan yang terbaik" untuk mengukir sejarah. 
Seperti kita (manusia), hewan, dan tumbuhan bersama dalam sujud syukur-Nya.

Salam 

Sabtu, 17 Maret 2012

Syukur dalam Semesta-Nya

Ketika belajar adalah suatu keharusan ...

Saat terlahir dari rumah rahim ibu,
datang dengan ketidaktahuan kedalam kehidupan dunia,
yang diselimuti berbagai macam ilmu.

Aku tumbuh,
Aku mendengar,
Aku mellihat,
Aku mencium,
Aku merasakan,
Aku bersyukur, kepadaMu Tuhan ...

Dalam setiap detiknya Kau berikan pelajaran,
dari apa yang kulihat, kudengar, kucium, dan kurasakan.
Bahkan dari setiap salahku, kau berikan penyesalan,
agar aku bangkit dan belajar dari apa yang ku lakukan.

Juga dari setiap tanggungjawab atas berbagai ilmu yang Kau berikan,
aku tumbuh, aku dewasa,
dalam kesadaran dan pengertian, juga syukur PadaMu,
dengan jerat-jerit tantangan dan cahaya iman,
Aku menunduk, Aku bersyukur ...
Atas kebesaranMu ...


Anugerah bagiku, hambaMu, dapat menikmati setiap keindahan SemestaMu,
membagi kasih sayangMu, untuk dunia,
dan perlindunganMu,
disetiap langkah hidupku agar tetap selalu dijalanMu ...

Ketika belajar bukan menjadi suatu keharusan ...
Tapi menjadi bagian dalam hidup,
untuk mengarungi samudera keindahan milikNya.
Untuk hidup dan masa depan yang Indah ...

Kamis, 15 Maret 2012

Connection Part I

“Siapa itu, tunggu, tunggu aku. Lelaki itu, Heii siapa kau?” Dia berlari, aku terus mengikutinya, wajahnya tak jelas, tapi aku terus mengikutinya. Sampai pada cahaya itu aku tersandung dan terjatuh.

“Hyaaaa!!! Brukkk , Ya ampun mimpi apa aku semalam sampai terjatuh dari tempat tidurku sendiri haduhh” Aku berdiri sambil menoleh ke arah jam bekerku, “Apaa? Sial gara-gara keasyikan browsing sampai malam nih, aku pasti telat! arghh!” Aku bergegas mempersiapkan diri, dan berangkat ke kampus, aku tak biasa sarapan.

Selesai jam kuliah aku menyempatkan duduk sambil mencari beberapa referensi untuk tulisanku. Sambil membuka laptopku, aku online di facebook sebentar melepas penat. Datanglah Cosmo dia teman seperjuanganku, 19 tahun, tinggi, tampan, cerdas, tapi dingin dan misterius.

“Kenapa Ze?” Tanya Cosmo sambil mencari buku diantara rak-rak perpusatakaan.
“Entahlah, semalam aku mimpi aneh” Ujarku sambil serius memandangi layar laptop.
“Oh” Ucap Cosmo.

Aku menoleh ke arah Cosmo dengan tatapn sinis (kupikir orang itu akan bertanya aku mipi apa, dasar menyebalkan) Sejak kemarin aku tidak bertemu dengan Farel, selama ini aku berteman dengan Farel, aku menyimpan perasaan itu sejak di bangku SMP tapi Farel tak pernah tau aku menyukainya bahkan mungkin mencintainya. Aku selalu berusaha ada disaat dia membutuhkanku. Aku memang bodoh, ya dalam soal cinta, tapi yasudahlah, yang penting sekarang adalah mempelajari ha-hal baru yang menarik.

“Aku pulang” Tegasku sambil membereskan laptopku.
“Ya, Ze” Ujar Cosmo yang masih fokus pada buku-bukunya.

Sesampai di tempat parkiran, aku berpapasan dengan Farel, musisi tampan idaman para wanita di kampus. Tapi ia tak menyapaku, seperti biasa sikapnya selalu seperti itu, hanya saat ada butuhnya dia lari padaku. Tapi kali ini berbeda. Dia menatapku dari jauh, entah tatapan yang berbeda, aku bingung jadi aku hanya tersenyum dan pergi.

“Ze?” Ada yang menepuk bahuku dari belakang.
“Farel, hai” Tersenyum.
“Aku akan pergi besok” Farel menunduk.
“Pergi?? Kemana?” Ujarku bingung.
“Pergi, aku akan pindah kuliah Ze, Besok aku berangkat menggunakan kereta ke surabaya” Ujarnya sabil menoleh padaku sambil tersenyum.
“Umh, Iya, sukses ya untukmu” Aku tersenyum.
“Besok Kamu datang kan?” Tanya Farel.
“Eh, ya tentu. Oya aku duluan ya”
“Ok, sampai jumpa besok” Farel tersenyum.

Sesampainya dirumah, aku membanting tubuhku dikasur, memejamkan mata yang lelah ini. Tanpa disadari aku teralu lelah, Seandainya saja aku tak pernah mengenal rasa itu. Tiba-tiba saat aku membuka mata, ada seorang gadis kecil memakai baju tidur dengan rambut bob berwarna coklat sambil membawa bantal kecil yang lusuh.

“Hyaaaaa!! Siapa kamu??” Aku terkejut, sambil melempar bantalku kearahnya.

Dia hanya diam, dan berlari-lari lagi keluar kamarku. Mungkin karena aku teralu lelah sampai berhalusinasi. Aku ta tahu itu apa, aku tinggal sendiri dirumah orangtuaku tinggal bersama adik-adikku. Usiaku 17tahun. Akupun tertidur lelap. Paginya aku dibangunkan dengan suara handphoneku, ternyata Cosmo.

“Halooo?” Suaraku agak sedikit mendengkur.
“Kamu ini jam segini baru bangun?” Teriak Cosmo dari telepon.
“Ya ya ya, ada apa, aku masih ngantuk” Ujarku.
“Nanti sore kita bicarakan soal projectku di cafe biasa” Tegas Cosmo.
“ ... Seperti biasa Cosmo tanpa basa basi halah sore kan aku akan ke stasiun“

Aku sadar Farel akan pergi hari ini, tersentak tubuhku pergi mandi membasuh diri. Dengan menggigit sebuah roti aku pergi dengan mobilku. Aku mengirimkan text message kepada Farel namun tak ada jawaban, semoga aku tidak telat untuk mengucapkan salam perpisahan. Pukul 14.13 Sampai di stasiun aku mencari-cari dimana farel, bertanya-tanya tentang kereta menuju surabaya dan ternyata keretanya sudah berangkat 15 menit lalu. Aku hanya bisa menunduk dengan penuh penyesalan, aku pergi ke taman dekat kampus, menunggu senja sambil menangis, aku duduk bersandar pada pohon sambil menutupi wajahku dengan tanganku.  

“ Setidaknya bisa dekat dengannya, menjadi sahabt selamanya. Tapi kamu cemen, selama itu kamu pendam. Cinta itu bisa hilang tapi berbeda dengan persahabatan, Nih tissue” Seseorang berdiri sambil memberikan tissue padaku, aku menoleh ternyata itu Cosmo.
“ Cosmo?? Eh, terimakasih” Aku mengambil tisue yang diberikannnya dan digunakan untuk mengusap airmataku.
“Sudah jangan menangis” Ujar Cosmo sambil menatap urus ke depan.
“Ehh, iya, terimakasih Cosmo” Ujarku malu.
“Itulah gunanya teman” Dia menepuk poniku dan pergi.
“Ternyata dia peduli juga, ya ampun, tapi kamu tetap menyebalkan Cosmo” Bisikku dalam hati sambil tersenyum.
“Kau hanya ingin diam saja atau bicarakan soal projectku itu” Teriak cosmo sambil berjalan.
“Ehhh iya iya aku ikut, tunggu”

Kami bercerita, berbagi sambil membicarakan projectnya tentang pembuatan pintu dimensi. Cosmo suka berexperimen, dia membuat banyak penemuan, seperti kamuflase glasses, laser conector, dll. Aku senang membantunya, aku senang melihatnya bersemangat, karena akupun ikut bersemangat. Hingga kami pulang.

Sesampainya dirumah, cukup malam kami sampai dirumah masing-masing pukul 19.58. Aku duduk di depan laptopku lagi, mulai browsing sambil online YM dan Facebook ku. Aku mendengar suara nyanyian kecil dibelakangku, aku menoleh dan ternyata Hyaaaa! anak kecil itu lagi, wajahnya pucat, aku mendekatinya ia tersenyum sambil mengulurkan tangannya. “Aku Neoma, ya Neoma Zeva, siapa namamu?” “Odett” aku menyentuh tangannya, jemarinya yang dingin, ia menatapku sambil tersenyum.
“Kamu baik-baik saja? Kamu siapa? Kenapa bisa ada disini? kau tersesat?” Ujarku agak sedikit ramah sekarang.
“Aku temanmu” Dia hanya menjawab itu, sejak itu aku tertidur hingga esok hari.

Selasa, 13 Maret 2012

Wayang Sebagai Warisan Budaya Universal

Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang beranekaragam budaya yang khas dan menarik. Dalam perkembangan dunia seni dan budaya di Indonesia, terdapat wayang yang merupakan salah satu bentuk kesenian yang begitu populer. Kesenian Wayang juga memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang bermanfaat untuk membangun karakter dan jatidiri bangsa Indonesia melalui watak tokoh dalam wayang. Wayang juga ternyata kaya dengan unsur - unsur budaya yang universal terbentuk dalam wujud pengetahuan, sosial, dan fisik. Disinilah uniknya, karena nilai-nilai bisa kita pahami dan mengerti baik dari tuntunan agama, memperdalam ilmu pengetahuan, ataupun ketika menikmati sebuah seni.

Wayang yang mengandung tujuh isi universal yakni sistem religi, sosial, pengetahuan, ekonomi, bahasa, seni, dan teknologi. Sistem religi dalam wayang yang dimulai sejak sistem religi animisme-dinamisme, tata alam sakral, Hindu, hingga Islam. Adapun sistem sosial dalam wayang terepresentasikan dalam sistem tata pemerintahan dan sistem tata masyarakat. Dalam hal ini kemampuan dalang dalam memanfaatkan peluang sangat potensial untuk wahana kesadaran masyarakat dalam memaknai demokrasi dan isu-isu terkini.

Wayang pun mengajarkan masyarakat untuk menguasai pengetahuan dan teknologi. Seperti salah satu contohnya cerita Gatot Kaca yang bisa terbang, Antareja yang masuk bumi. Sistem mata pencaharian pun juga terinspirasi oleh tokoh Srikandi, Drupadi, dan tokoh perempuan lainnya. Sementara itu kaitannya dengan unsur bahasa, wayang pun menggunakan bahasa multilingual. Ada bahasa Jawa kuno, Jawa baru, bahkan bahasa asing.

Mengingat wayang yang kaya akan unsur budaya universal, maka wayang mampu mengatasi persoalan global saat ini. Wayang pun dilestarikan juga telah diresmikan UNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan dunia.

Senin, 12 Maret 2012

Untuk Sahabatku, Indigo

Aku dedikasikan sebagai terimakasihku, ini tak seberapa dari banyaknya kasihsayangmu padaku, dan dunia.

Untuk sahabatku, Indigo ...
 
***

Malam tak bernyawa, hanya ada kekosongan semata. Mungkin aku hanya tersesat dalam dimensi yang tak terbatas, atau terisolasi dari kenyataan ?

Kehidupan ini hanya ilusi kompleks atau mungkin sederetan bayang-bayang semu.

Sandiwara semata, dengan wayang-wayang klasik yang buta dengan materialistis dan kekuasaan. Pikirku hanya sejumlah cerita hitam putih yang berputar disetiap detiknya ini ...

Tidak ada warna warni yang menghiasi, yang kurasakan hanya nila warna yang menyelimuti hari-hari ini.
Entah begitu ringan tubuh ini, dengan kehampaan hati, ditemani tubuh-tubuh halus melayang tanpa benang kehidupan yang berputar-putar di sekelilingku,
semu ...

Berbagai macam ingatan masalalu yang terekam dalam benak ini mengusik ketenanganku,
mulai dari kenangan pahit sampai kenangan yang tak dapat tertuliskan sama sekali olehku.
Aku tertidur dalam langkahku, terjaga dalam tidurku,
mata tertutup, membuka dunia baru didalamnya,
dalam hening, bawah sadarku selalu “sadar” menerima setiap tetes energi yang mengalir dari-Nya yang menyentuh ubun-ubunku dan mengirimnya kembali melalui kosmos dengan partikel-partikel semesta yang berupa cinta, namun buta bagi beberapa ...

Dua sisi yang terikat, atau mungkin terlepas,
tepatnya saling melengkapi,


Mata yang menembus kenangan dan masa depan,
telinga yang mendengar bisik-bisik pikiran dan nurani,
atau hidung yang mencium segala wewangian dan kebusukan,
atau hati yang tak memiliki gembok kunci dari segala macam perasaan yang datang,
adalah anugerah sekaligus kepahitan yang setiap harinya mengiringi,

Tak ada mata yang tulus menatap,
tak ada telinga yang ingin mendengaran,
dalam bisik ini aku bersembunyi ...

Aku,
Terinkubasi dalam keasingan, dalam khayal dan nyataku ...

***

Semua yang tercipta, yang terjadi, semua milik-Nya. Bukan siapa, dan apa yang kemampuan kita. Bersyukur atas segala yang telah diberikan-Nya. Niatkan diri dijalan-Nya untuk mencari ilmu wawasan serta berbagi kepada sesama, sebagai rasa syukur kita kepada-Nya.

Terimakasih untuk sahabatku, semangatku ... Ada kata-kata yang selalu ku ingat tentangmu dan orang-orang sepertimu, tak hanya untuk orang-orang seperti kalian, tapi untuk aku, dan semuanya ...

“MENJADI INDIGO, BUKAN UNTUK MENJAGA DUNIA DARI KEHANCURAN ATAU ALAM DARI KETIDAK SEIMBANGAN, TETAPI MENJADI INDIGO BERARTI ANUGERAH UNTUK BISA LEBIH MENGERTI SESAMA DAN HARUS MAU BERKORBAN UNTUK KEBAIKAN DAN MENUNTUN ORANG-ORANG DI SEKELILING KITA, WALAU KITA TIDAK MENDAPAT APAPUN DAN HANYA BISA MENAHAN SAKIT.

MENJADI INDIGO BUKAN TENTANG APA KEMAMPUAN KITA, TAPI TENTANG APA PERAN KITA DI KEHIDUPAN AGAR BERGUNA DAN BISA DITERIMA MASYARAKAT.

Banyak indigo yang salah jalan, menjadi arogan, bersikap seakan tau segalanya dan pasti benar, bicara hal asing agar terlihat tahu. Tapi sebenarnya mereka melakukan itu hanya untuk pengakuan, bukan untuk menjalankan peran, karena itu kita jangan sampai salah jalan”

Untuk sahabatku, terimakasih atas kasihsayang dan semangatmu, untukku, dan untuk dunia :)
Love, Light, Peace


Copyright © 2012 by iifmoon

Sabtu, 10 Maret 2012

Menari Nusantaraku

Ketika hati mulai merasakan,
segala gelisah, senang, sedih yang tak terbendung ...
Empati datang dengan harapan ...
Seiring merdu waditra menggetarkan bunyi - bunyi,
kala kaki melangkah dengan sejuta keraguan

Tangan melambai lembut,
pinggul memadu,
Kaki menyeimbangi,
Senyuman menghiasi ...

Melayang, terhayut dalam perasaan,
bergerak dalam kosmik yang menyelimuti,
mengikuti gerak air yang tenang menuju samudera,
menyatu dengan hijau alam,
masih dengan aku dan nusantaraku ...

Dalam segala keributan sang tikus yang tuli akan jeritan rakyatnya,
tetaplah menari, dalam gerak - gerik nurani,
juga kesadaran massal ini,
syukur dan lestari
Nusantaraku ...


Salam Budaya









Picture by Maestro Nyoman Gunarsa

Kamis, 08 Maret 2012

Cokelat untuk Bulan

#special competition for sweet febuary 27/02/2012    KPM's Event

    Namaku Bulan siswi kelas 2 SMU. Sudah kuputuskan, kali ini aku akan memberanikan diri untuk mengungkapkannya kepada Gerry, dia kekasihku, kakak kelasku, hubunganku dengannya tidak berjalan baik, dia hanya menjadikanku kekasihnya karena menurutnya akulah wanita yang paling cantik di sekolah, tapi dia tidak memiliki perasaan apapun terhadapku, dia hanya mengejar kepopulerannya, maklum dia kapten tim basket di sekolah kami. Akupun juga tidak mencintainya, dia memaksaku untuk menerimanya, selama ini aku menerima cokelat di rak tasku di sekolah, mungkin Gerry berinisiatif untuk memberi perhatian terhadapku dengan cara seperti itu. Aku tidak peduli.

Pagi itu aku terlambat, tak kusangka akan berpapasan dengannya. Farel, seorang anak laki-laki bukan seorang kapten, tapi ia aktif dalam olahraga basket dan futsal sekolah, selain itu dia juga pandai dalam bermain piano dan biola. Tentunya tidak sedikit anak perempuan yang mengidolakannya, dengan sikap dinginnya dan rupanya yang tampan, justru semakin membuat semua anak-anak perempuah di sekolahku sangat mengidolakannya, semua bermimpi menjadi kekasihnya. Termasuk aku. Tapi kami selalu menjadi rival di kelas, kami selalu berdebat, tak mau kalah soal akademik, maupun ekstrakulikuler. Meskipun dia hanya dingin-dingin saja menanggapiku ... atau mungkin aku yang teralu salah tingkah terhadapnya ...

    Aku berlari mengejar pak Edi, satpam sekolah. Tapi terlambat beliau sudah pergi kembali ke pos satpamnya. Aku tersandar lemas, semua ini gara-gara uang sakuku tertinggal dikamar sehingga aku terpaksa harus berjalan kaki, dan akhirnya jadi terlambat seperti ini. Aku yang tersandar di gerbang memejamkan mata sejenak, menikmati lelahku, tak lama aku mendengar suara kesal seorang anak laki-laki “Sial !” Ucapnya. Terkejut akupun segera membuka mata dan menoleh ke kananku ...

“Farel ?!” Ucapku kencang.
“Ssstttt, kau ini bisa diam tidak !” Ujarnya sambil menatap sinis kearahku.
“Eh, iya maafkan aku Farel” Aku hanya tersenyum kecil.
“...”

Farel menarikku yang dari tadi hanya terpana melihatnya, dia menarikku ke pagar belakang. Dia mencoba memanjat pagar, dia berhasil sampai di puncaknya, lalu dia mengulurkan tanganku kepadanya, aku yang terkejut melihatnya seperti itu hanya terpaku saja.

“Hei ! Seperti orang bodoh saja, kamu ini mau masuk kelas tidak sih ?!” Tangannya menarik tangank.

Segera akupun memanjat pagar itu hingga akhirnya kamipun terjatuh, aku terduduk memeluknya. Lututku berdarah, tergores bata-bata yang ada dipinggiran pagar.

“Ada apa ?!” Farel yang sempat terdiam mulai melepaskan pelukanku.
“Huaaaaa ! Lututku berdarah !!” Aku sedikit berteriak.
“Hei, hentikan ! Nanti terdengar yang lain” Ujar Farel yang tersenyum mengejek.
“Huh ? Ehh ?! Apa yang akan kamu lakukan Faareel !”
“Sudah jangan berisik” Ujar Farel.

Dia menggendongku hingga ke ruang UKS. Aku hanya diam terpaku dipangkuannya, melihat wajahnya, aku tak percaya seorang seperti Farel, begitu peduli terhadap orang asing sepertiku. Entah rasanya jantungku berdetak begitu kencang, aku takut kalau Farel merasakan detak jantungku ini. Perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Farel menurunkanku duduk di salah satu kursi di ruang UKS. Dia mengambil obat merah dan plaster dari kotak P3K. Begitu lembut caranya memperlakukan pasiennya layaknya dokter.


“Ini akan membuatmu lebih baik” Ujarnya sambil menempelkan plaster di lututku.
“Huh? Hu’um” Aku hanya mengangguk.
“Maafkan aku ya, seharusnya aku tidak mengajakmu untuk memanjat pagar, teralu berbahaya untukmu” Ujar Farel menyesal sambil merapikan kembali kotak P3Knya.
“Eh? Tidak, seharusnya aku yang berterimakasih padamu, kamu telah menolongku, dan berkat kamu, sekarang aku bisa masuk ...” Tak sempat menyelesaikan perkataanku sudan dipotong oleh Farel.
“Terlambat, bodohnya aku, seharusnya aku membiarkanmu bolos saja” Ujar Farel yang melangkah keluar ruangan.
“Huh? Maksudmu?!” Aku mengerutkan dahi sambil mengikutinya dengan kaki terpincang-pincang.
“Jadi aku tidak perlu susah payah menolongmu, dan aku bisa masuk kelas matematika lebih cepat” Ujarnya tersenyum sambil berjalan menuju ruang kelas matematika.
“APA?! KAMU INI Arggghhhhh, hyaaaa rasakan ini !” Teriakku marah padanya, aku melempar sepatuku padanya.
“(Pletaaakk) Dasar bocah” Ujar Farel menoleh kebelakang dengan tatapan dingin, sepatuku tepat sekali mengenai bahunya.
“Ah? Apa yang barusan ku lakukan?! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku kan harusnya bersikap baik terhadapnya, agar dia bisa menyukaiku. Tapi aku malah melakukan hal bodoh terhadapnya”

Segera aku menyusul Farel yang masuk ke ruang kelas matematika. Terlihat Farel yang sedang dimarahi oleh gurunya, aku bersembunyi mengintip dari celah-celah pintu. Dia menuju keluar ruang kelasnya, aku bersembunyi. Ku lihat wajahnya biasa saja, entah karena Farel orangnya memang datar, aku mengikutinya diam-diam, dia menuju ruang musik, dia membuka pintunya ...

“Jangan mengikutiku” Ujarnya.
“Uh?!” Aku yang terkejut segera menoleh dari balik tembok koridor.

Ah? Begitu merdu, suara yang tercipta lewat sentuhan piano dengan jemarinya. Entah apa yang kurasakan, pesan apa sebenarnya yang ia sampaikan lewat melodi-melodi ini? Rasanya hangat, Farel  ...

***

Beberapa saat kemudian ...

“Lain kali kau harus banyak beristirahat dan jaga pola makanmu” Bisik seseorang, serentak aku membuka mataku dengan terkejut.
“Huh?! Dimana aku?! Apa yang terjadi?!” Aku bangkit dari tempat tidur yang tersedia di UKS.
“Kau tidak apa-apa Bulan? Huff, aku khawatir, kamu tidak masuk jam pelajaran matematika dan tadi aku dengar kamu pingsan dan dibawa ke UKS” Ujar Bella sahabatku, ia memelukku.
“Ehhh? Ehehehe aku tidak apa-apa kok Bell, aku baik-baik saja, mungkin aku hanya kecapean saja, sungguh” Ujarku tersenyum memeluknya.
“Benar ya, kamu baik-baik saja, tadi Farel menggendongmu dan merawatmu sementara disini, kamu tidak sadarkan diri hampir 3jam” Ujar Bella.
“Farel ...” Bisikku dalam hati.

***

Tiga hari kemudian ...

Karena penyakitku kambuh aku harus berbaring dikamarku, dirumah aku hanya bertiga bersama Bibi Ati yang selalu merawatku sejak almarhum mama berpulang dan  hingga saat ini dan juga suaminya Paman Hasim yang membantu merawat taman dan menjaga rumah. Sementara papa, sedang diluar kota sibuk dengan pekerjaannya. Kekasihku Gerry tidak peduli terhadapku, padahal aku telah membuka hati kepadanya, tapi dia tetap tidak berubah, aku hanya pasrah.

Aku bangkit dari kasurku, aku ingin ke taman, rasanya aku bosan, ingin menghirup udara segar di pagi hari. Saat aku duduk di halaman rumah, kulihat ada seseorang yang datang, entah siapa paman Hasim membukakan gerbangnya, ah ternyata hanya sebuah kiriman. Aku hanya duduk diam di bangku taman sambil memperhatikan bunga mawar putih yang dulu selalu almarhum mama rawat.

“Halo” Sapa seseorang dibelakangku, akupun segera menoleh.
“Huh? Farel?” Aku terkejut, mengangkat kerut alis mataku sebelah.
“Maaf, aku tak bermaksud mengejutkanmu. Bella bilang kamu sedang sakit, jadi aku datang kesini untuk menjengukmu. Ini, untukmu” Farel mengulurkan tangannya memberikan sebatang cokelat padaku, lalu duduk disebelahku.
“Uh? Hu’um terimakasih Farel” Aku tersenyum dan mengangguk.
“Apa yang kau rasakan?” Ujarnya melipat kedua tangannya kebelakang, menahan kepalanya yang menanggah ke langit.
“Hmmm, aku senang” Aku menoleh kepadanya. Dalam hatiku, aku senang sekali Farel, aku senang kamu datang, aku tidak lagi merasa kesepian.
“...” Farel hanya tersenyum kepadaku, lucu, kalau dia tersenyum matanya tertutup. Aku belum pernah melihat senyumnya yang seperti itu.
“Farel?” Tanyaku pelan.
“Ya?” Jawabnya.
“Maafkan aku soal kemarin, aku tidak bermaksud begitu” Aku menunduk malu.
“Sepatu? Haha, sudahlah, aku tidak akan mati jika hanya dilempar oleh sepatu aneh kecil seperti itu” Ujarnya tertawa pelan.
“Maksudmu? ..” Aku mengerutkan kedua dahiku, menyebalkan, baru saja kau ku angkat terbang sekarang, kau jatuhkan aku kembali, huh.
“Lupakan. Aku harus pergi. Dah” Dia pergi begitu saja, meninggalkanku.
“Ehehe?!#@$#%@! Dasaaaarrrr!! Menyebalkan! ” Teriakku padanya. Farel, padahal aku ingin kau tetap disini ...

***
Keesokan harinya, keadaanku sudah membaik, aku kembali ke sekolah dan belajar seperti biasanya. Bel pulang sudah berbunyi, aku selalu menghabiskan waktu senggangku untuk memakan cokelat, entah kenapa rasanya sedikit “tenang” sehabis aku makan cokelat.

Aku melihat Farel di lapangan basket ia sedang bermain gitar di bangku-bangku pinggiran. Aku memutuskan untuk menghampirinya, tiba-tiba teman-temanku datang menghampiriku.

“Bulan!” Teriak Bella, Ratna, dan Citra. Mereka adalah teman dekatku.
“Wah, tak kusangka kamu dapat mencuri hatinya” Ujar Ratna menggoda.
“Eh apa maksudnya?” Aku tersenyum heran.
“Sudahlah jangan berpura-pura, aku dengan akhir-akhir ini kamu sedang dekat dengannya ya? Huhhh aku engga ada harapan deh untuk mendapatkannya” Cetus Citra sambil tersenyum jahil.
“Aaahh kalian ini, kami tidak ada hubungan apa-apa, itu hanya gosip belaka” Balasku.
“Hihihi sudahlah, kami semua mendukungmu kawan, aku lebih setuju kamu dengan Farel, dibandingkan dengan Gerry, dia tidak pernah memperdulikanmu” Tambah Bella.
“Iya aku setuju!” Tambah Citra dan Ratna.
“Hahaha kalian ini ada-ada saja” Aku pergi menghampiri Farel.

“Halo” Sapaku sambil tersenyum.
“Hai” Jawabnya sambil tersenyum, tetap memainkan gitarnya.
“Lagu-lagumu indah” Ujarku duduk disebelahnya.
“Terimakasih” Jawabnya.
“Apa kamu baik-baik saja? Ehm, maaf aku sok tahu” Tanyaku padanya.
“Kenapa?” Farel menghentikan petikan gitarnya.
“Ehehehe, tidak, aku hanya bercanda, lupakan saja” Jawabku salah tingkah. Bodoh, kenapa aku bertanya seperti itu, Huff.
“...”
“Lalala ♬ ketika langit melukis kegembiraan dengan pelangi ♪aku bertanya, adakah saat indah yang kulewatkan bersamamu ♬ kehangatan dalam genggaman erat tanganmu ♪bersama mimpiku dan mimpimu ♬♪~ lalalala” Dia bernyanyi, suaranya berdengung ditelingaku, tanpa disadari akupun ikut bernyanyi bersamanya, sungguh, perasaanku begitu tenang, saat bersamanya. Tuhan, apa mungkin ini perasaan yang orang sebut cinta? Cukup lama kami menghabiskan waktu untuk bernyanyi bersama-sama. Hingga kami tersadar hanya tinggal aku dan dia yang berada di sekolah, ya, dengan beberapa guru lagi tepatnya.

Akhirnya senja menjemput kami untuk pulang. Kebetulan rumahku searah dengan rumahnya, jadi kami berjalan berdua. Sepanjang jalan dia hanya diam saja, aku bingung harus bagaimana.

“Farel, kamu tidak apa-apa?” Tanyaku menoleh ke arahnya.
“Tidak apa-apa” Jawabnya.
“Maaf, bukannya aku sok tahu. Entah ini hanya perasaanku atau entah aku memang sok tahu. Kenapa setiap ku dengar kamu bermain musik, melodi-melodi yang kamu mainkan begitu menyentuh, seperti ada pesan dibalik musik-musik yang kamu mainkan itu” Aku berceloteh sendiri.
“Tidak ada yang istimewa, aku memang suka dengan musik yang seperti itu”Ujarnya berjalan meninggalkanku.
“Farel tunggu!” Aku mengejarnya, akhirnya kami berjalan bersama lagi.

Saat kami berjalan, tiba-tiba muncul Gerry yang mengendarai mobilnya berhenti menghalangi jalan kami. Aku mulai merasa tidak enak.

“Apa yang kamu lakukan bersamanya?!” Sentak Gerry sambil menarik tanganku.
“Hentikan!” Cetus Farel.
“Apa?! Apa maksudmu mendekati pacarku?! Kamu itu junior, berani sekali melawan senior ya! Bruukk!!” Satu pukulan Gerry mendarat di mulut Farel.
“Gerry! Hentikan! Kamu ini apa-apaan sih!” Teriakku menghalangi Gerry.
“Diam! Kamu ini milikku, tidak ada yang boleh mendekatimu!” Bentak Gerry.
“Kamu bukan siapa-siapa! Kamu tidak pernah peduli terhadapku! Hanya mementingkan kesenanganmu saja! Memangnya aku ini boneka! Jangan pernah dekati aku lagi!” Aku membentaknya kembali.
“Plaaak!” Gerry menamparku. Seketika aku pingsan, aku tidak tahu apa yang terjadi, aku sudah berada dirumah.

Kepalaku rasanya berat sekali, seluruh tubuhku sakit rasanya. Tapi mataku mencoba terbuka. Aku melihat langit-langit kamarku. Aku sendirian dikamar, aku berharap Farel menemaniku. Gerry, ah sudahlah, aku sangat membencinya. Aku bangkit, aku bercermin, wajahku tampak pucat, badanku bertambah kurus. Aku takut. Aku menelepon ayah, dan beliau akan pulang esok dari luar kota untuk menemaniku disini.

Aku mencoba menghubungi Farel lewat message dan sosial network namun tak ada satupun balasan darinya. Aku tahu dia tipe orang yang apik, paling menggunakan gadgetnya sesuai kebutuhan saja. Aku kembali ke tempat tidur, berbaring dengan selimut biruku. Badanku rasanya sakit, sakit sekali, padahal aku sudah makan cokelat, tapi tetap saja, sakit.

***

Keesokan harinya. Aku menguatkan tubuhku untuk berangkat sekolah. Kali ini aku tidak melihatnya, dia, Farel, dimana dia. Aku bertanya kepada teman-teman, tidak ada yang melihatnya seharian ini. Aku pergi menuju Aula Musik, perasaanku mengatakan ia berada disana. Dugaanku benar, dia sedang bermain piano, dia lantunkan lagi melodi-melodi perih itu, aku menghampirinya ...

“Pergilah” Ucap Farel menghentikan permainan pianonya.
“Maafkan aku” Aku menunduk dihadapannya..
“...” Farel hanya diam.
“Aku tahu, kau pasti sangat membenciku, karena hari kemarin. Maafkan aku Farel, aku ...”
“Kau tidak mendengar apa yang ku katakan?” Dia tetap menunduk.
“Maaf kalau kamu merasa terganggu, itu caraku melupakan rasa sakit yang menggerogoti ini, kalaulah cokelat yang selama ini ku makan berhasil membuatku tetap ceria, kau yang lebih berhasil membuatku lupa dengan apa yang aku rasakan sebenarnya, permisi” Ujarku sambil menangis.
Aku berlari sepanjang koridor, dengan airmata yang menetes deras dipipiku. Aku tak melihat jalan, sampai aku menabrak  Gerry. “Bruuk”
“Aw!” Ujarku terjatuht menahan sakit.
“Dasar bodoh. Perempuan bodoh, suatu saat kau akan menyesal telah mengatakan apa yang kau katakan kemarin kepadaku” Ujar Gerry tertawa tidak menolongku.
Tiba-tiba seseorang membantuku berdiri. Farel...
“Aku tidak akan pernah membiarkannya merasa sakit, dengan kata-kata sekalipun. Apa seperti itu caramu memperlakukan seseorang wanita, kalau kau tidak bisa melindunginya, biar aku yang melindunginya” Farel menggandengku dan membawaku pergi. Gerry yang merasa tersinggung hanya diam melihat kami.
Farel menggendongku ke UKS. Aku yang berhenti menangis, kini memeluknya. Aku merasa nyaman sekali bersamanya. Mungkinkah dia malaikat yang tuhan kirimkan untukku. Farel membaringkanku di kasur yang berada di ruang UKS. Aku duduk menghadap ke arahnya, ia mengambil kursi dan duduk tepat dihadapanku.
“Maafkan aku” Ujarku sambil memeluknya.   
“Sudahlah. Entah kenapa, aku merasa ingin selalu menjaga dan melindungimu. Entah kenapa akupun tidak mengerti. Tapi aku menyukainya. Jangan khawatir, karena sekarang aku akan menjadi cokelat untukmu” Ujar Farel tersenyum sambil mengusap-usap poni rambutku.

***

Saat itu aku tahu ... Selama ini kamulah Farel yang selalu menyelipkan cokelat di rak tasku...
Terimakasih Farel ...
Untuk hari-hari indah bersamamu yang terlewatkan untuk menjagaku, hingga aku bisa pergi dengan tenang sekarang ...
Meskipun kita tidak di dalam dunia yang sama lagi, aku ingin kamu mengetahui satu hal Farel ...
Selama ini aku belum sempat mengatakannya,
Aku mencintaimu ... Farel ....

Karakter Masyarakat Indonesia

Manusia indonesia ?


Banyak sekali hal-hal yang tersirat dalam benak kita bila mendengar dua kata tersebut. Tidak banyak yang akan diuraikan bahasan mengenai “Manusia Indonesia”. Masyarakat Indonesia mengalami perkembangan, tentunya pula melewati berbagai macam pengaruh baik atapun buruk. Mungkin saat kini manusia Indonesia mengalami banyak tekanan dari pengaruh-pengaruh budaya lain atau moderenisasi yang sekarang-sekarang ini tak bisa kita lepaskan lagi.


Beberapa tinjauan mengenai manusia indonesia saat ini, manusia Indonesia yang berpura-pura, pandai bersandiwara, munafik. Para penguasa yang mengahapus kemanusiaannya, memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi atau semacamnya. Akibatnya sikap-sikap ini tertanam sudah lama dan menyebar ke masyarakat Indonesia lainnya.


Selain itu manusia Indonesia masa kini enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, keputusan, kelakuan, dan lain-lain. Layaknya atasan yang meminta bawahan dan bawahan yang mengandalkan atasan. Tidak ada inisiatif tersendiri, lari dari tanggung jawab juga salah satu ciri masyarakat indonesia saat ini. Adapun yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia ini masih dipengaruhi oleh tradisi, atau masih percaya takhayul, menggunakan mantera, membuat simbol, animisme, dinamisme, dll.


Memang tidak sesederhana itu untuk menyikapi semua perubahan maupun pengaruh yang saat ini membelenggu di masyarakat Indonesia. Pada dasarnya masyarakat kita sangat mudah terpengaruh, dari mulai teknologi, popularitas, maupun budaya, dengan mudahnya kita meniru budaya-budaya luar yang masuk tanpa memfilternya terlebih dahulu.


Banyak orang yang meninggalkan dan mengepinggirkan adat dan budaya indonesia yang dulu sangat berkarakter di masyarakatnya. Banyak anggapan bahwa budaya kita kuno, dan beralih kepada hal-hal yang lebih modern. Mulai dari teknologi, popularitas, kekuasaan, gaya berpakaian, musik, dan sikap masyarakat. Memang kita tidak dapat menghindari modernisasi ini. Namun ada baiknya jika kita tetap menjaga nilai-nilai budaya bangsa kita. Tidak hanya sebatas mengejar materialisme dan kekuasaan saja. Agama hanya sebatas ritual dan tradisi. Tidak ada pengaplikasian nilai-nilai pancasila yang seharusnya menjadi landasan bangsa kita.


Masyarakat menyalahkan para penguasa, para pemimpin, para pemimpin sibuk sendiri. Bukan salah siapa, tapi bagaimana kita berinisiatif dan kesadaran dari masing-masing, maupun kesadaran bersama. Kita belajar dari sejarah. Bukan istilah saling menindas untuk mencapai puncak, tapi kita bersama-sama mencapai harmoni dan kesejahteraan bersama. Kecewa memang ada, tapi harus ada pula rasa ingin bangkit untuk kebaikan bersama. Terbuka, namun tetap menjaga nilai-nilai budaya yang menjadi simbol masyarakat Indonesia kaya akan beragam suku dan budaya.


Seperti filosofis sunda yang berbunyi “Silih Asah, Asih, Asuh” tak banyak kata-kata yang perlu diungkapkan, sekarang kita kembali ke lapangan, dan bagaimana menyatukan perbedaan itu untuk mencapai visi dan misi yang sama.


Salam budaya

Minggu, 04 Maret 2012

The Dream Catcher

Bunga menghiasi tidur malam,
datang dengan berbagai kiasan,
bercerita dengan banyak lukisan,
memantulkan jeritan fisik, hati, dan pikiran ...

Angin menghempaskan angan melewati celah-celah harapan,
berpadu dengan hitam dan putih,
atau bahkan dengan tujuh warna pelangi,
bersandiwara dalam pekatnya alam mimpi ...

aku tertidur, aku terjaga,
terperangkap dalam kesadaranku ...

Mimpi buruk mengunci,
terisolasi oleh ketakutanku ...

Seketika doa terucap,
cahaya datang menyinari,
ilusi jahat perlahan melebur menjadi butir-butir kristal,
hangat kian menyelimuti,
kristal cahaya menyilaukan,
mata ini untuk terbuka,

Selamat Pagi, dunia ...
Sebuah cerita kecil sebelum tidur
 
***

Sabtu, 03 Maret 2012

Left my love

Dingin menyelimuti,
hingga nadi ini membeku,
sempat terpikirkan olehku,
kehidupan ...

Mawar merah menguburku dalam kegelapan,
aku bangkit, berharap seseorang menemukanku,
dimana ? Aku dimana ?
Yang terlihat hanya hujan yang turun membasahi mawar-mawar itu,
yang kudengar hanya derasnya emosiku,
yang ku hirup hanya hanyir darahku,
yang ku rasa hanya hampa hatiku,
ya aku merasa hidup kembali ...

Kaki ini melangkah dengan harapan-harapan hidup,
tapi aku tidak merasakannya,
perasaan apapun itu,
darah segar yang keluar dari telapak kakiku,
dari setiap duri mawar merah yang ku injak,
kini harapan itu hanya menjadi sebuah kekosongan,
menangis kini hanya sebuah jeritan,

tak lama aku melihat sebuah cahaya,
meredup-redup dalam pandangan,
semakin aku dekati,
hingga ku sentuh dengan jemari,
hangat, begitu hangat,
ku raih dan ku genggam,
dan semuanya,
menghilang ....

dan semuanya kembali ke masa saat aku bersamanya,
cinta
***