Sejak zaman dahulu kala, manusia
melihat mimpi sebagai gerbang menuju alam lain. Setiap budaya dan
peradaban yang sudah memiliki bahasa tulis memberikan peninggalan atau
bukti ketertarikan terhadap mimpi dan artinya. Ada banyak persamaan
dalam kepercayaan dalam budaya-budaya yang berbeda.
BANGSA ASYRIA
Bukti dalam sejarah mengenai
ketertarikan manusia terhadap mimpi datang dari peninggalan tertulis
paling kuno ini berkuasa di kerajaan Asyria. Kerajaan kuno ini berkuasa
di Mesopotamia pada abad 5 atau 6 SM. Papan tanah liat yang ditemukan di
perpustakaan Raja Asurnasipal, di Niniwe, ternyata setelah
diterjemahkan adalah buku-buku mengenai mimpi atau petunjuk tafsir
mimpi. Menurut peninggalan tersebut, penyebab mimpi (baik mimpi baik
atau buruk, maupun mimpi menyenangkan atau tidak) adalah roh jahat yang
menghubungi manusia dalam tidur. Roh jahat ini bisa berasal dari dunia
arwah atau dari orang-orang mati yang pernah dikenal si pemimpi.
BANGSA MESIR
Bangsa Mesir percaya bahwa mimpi adalah pesan dari dewa-dewa dan mempunyai tiga fungsi utama:
Menasihati si pemimpi untuk bertobat karena sebuah kesalahan, yang biasanya bersifat moral.
Peringatan tentang adanya bahaya di masa depan.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak si pemimpi.
Namun karena mimpi biasanya
sukar dimengerti dan karena interaksi antara dewa-dewa dan manusia
biasanya penuh risiko, pada waktu itu dirasa perlu bertanya pada para
ahli mimpi tentang pesan di balik mimpi (mirip masa kini). Karena itu,
profesi penerjemah mimpi dipandang agung dan para pelakunya sangat
dihormati dalam masyarakat. Mereka berpraktik di kuil-kuil “serapea”
yang dibangun untuk menghormati dewa mimpi Mesir.
BANGSA YUNANI
Bangsa Yunani meneruskan tradisi
bangsa Mesir dalam tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Ini
termasuk praktik inkubasi. Karena dewa-dewa akan menjawab pertanyaan
para manusia yang akan diterjemahkan oleh para penerjemah mimpi,
orang-orang biasa yang memiliki masalah dan pertanyaan-pertanyaan harus
tidur di dalam Serapea sampai para dewa menjawab pertanyaan mereka atau
memutuskan bahwa orang-orang tersebut tidak perlu dilayani.
Inkubasi
Proses
ini terkadang perlu waktu beberapa malam. Makin penting posisi
seseorang dalam masyarakat, kemungkinan dijawabnya mimpi makin besar.
Karena itu mimpi Raja-raja di anggap penting.
Bangsa Yunani kuno mempercayakan
tanggung jawab tentang mimpi kepada Aesculapius, yaitu dewa
penyembuhan. Di kuil-kuil yang didirikan bagi Aesculapius, peran
inkubasi berubah dari nasihat umum menjadi masalah-masalah medis. Dewa
dianggap menyatakan bahwa saat bermimpi mata kita melihat ke dalam dan
menerangi jiwa. Karena itu, kita dapat melihat kebenaran yang tinggal
didalamnya, termasuk kebenaran mengenai kesehatan. Pada puncak era Greco
Roman, ratusan kuil didirikan dan sampai sekarang masih berdiri.
HIPPOCRATES DAN PLATO
Hippocrates dan Plato
mempercayai pengaruh astrologi dalam isi mimpi. Hal ini tidaklah
mengejutkan. Walaupun keduanya adalah orang yang sangat pintar, mereka
hidup dalam suatu zaman ketika ilmu perbintangan sangatlah penting.
Manusia menggantungkan nasib pada bintang-bintang untuk menunjukan jalan
melintasi daratang dan lautan, serta untuk memberitahukan kapan menanam
tumbuhan. Tentunya bintang-bintang juga dianggap berpengaruh terhadap
mimpi.
ARISTOTELES
Hippocrates, Plato, dan
Aristoteles tidak percaya bahwa kita perlu tidur untuk bermimpi. Murid
Plato, yaitu Aristoteles, yang pertama memutus ramtai penghubung antara
supernatural dan mimpi. Dia percaya bahwa mimpi bersumper dari hal-hal
yang bersifat psikis atau supernatural. Hal ini didasarkan oleh
penelitiannya terhadap hewan, yang menurutnya juga memiliki mimpi. Teori
ini secara ilmiah baru dimampankan secara alamiah di pertengahan abad
ke-20.
PENDEKATAN KETIMURAN TERHADAP MIMPI
Bukan hanya peradaban
Mediterania yang percaya tentang sifat dinamis dari mimpi terjadi dalam
sebuah dunia yang berbeda, namun ada sebuah sifat paradoks didalamnya.
Ada sesuatu yang terjadi di dunia ini, tetapi juga tidak terjadi di
dunia ini.
INDIA
WEDA, kitab suci berisi
nasihat-nasihat bijak dari india, yang ditulis sekitar 1500-1000 SM,
mengklasifikasikan mimpi sebagai beruntung dan tidak beruntung. Bangsa
ini tertarik untuk mengetahui apa yang dapat di prediksikan oleh mimpi.
Mimpi terakhir dari sebuah rangkaian mmpi adalah yang paling penting
untuk si pemimpi dan semakin larut malam datangnya, semakin pula mimpi
tersebut akan semakin nyata. Trempamen si pemimpi dihubungkan dengan isi
mimpi tersebut.
CINA
Sifat paradoks mimpi dicatat
oleh para penulis Cina. Mereka juga melihat bahwa mimpi memberikan
informasi yang didapat di dunia lain, yang dapat kita pakai untuk
keuntungan kita di dunia ini.
EROPA SEBELUM REVOLUSI FREUDIAN
Eropa di abad pertengahan adalah
sebuah tempat penuh takhayul. Setan dilihat sebagai sebuah karakter
yang kuat yang menunggu untuk menyerang di saat manusia sedang lengah.
Semua orang harus terus berjaga-jaga. Tidak mengejutkan jika di
pertengahan, mimpi dilihat dengan penuh kecurigaan. Sebuah kondisi saat
setan dapat mudah menyerang.
SIGMUND FREUD
Dalam periode antara abad
pertengahan sampai Freud, banyak ahli mencoba untuk menjelaskan sifat
mimpi. Mimpi dihubungkan dengan pencernaan dan “aliran cairan tubuh”
yang mengalir dari suatu tempat ke tempat lainnya. Mimpi juga
dihubungkan dengan fisiologi dalam berbagai cara. Ada jgua yang percaya
bahwa mimpi adalah produk dari pikiran dan ingatan. Beberapa juga
melihat kepentingan simbolisme dalam mimpi. Namun demikian, Freudlah
yang mengembangkan teori yang cakupannya paling luas dan paling penting
mengenai mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Surat Untuk Syf