Selasa, 29 November 2011

Ketertarikan Terhadap Mimpi


Sejak zaman dahulu kala, manusia melihat mimpi sebagai gerbang menuju alam lain. Setiap budaya dan peradaban yang sudah memiliki bahasa tulis memberikan peninggalan atau bukti ketertarikan terhadap mimpi dan artinya. Ada banyak persamaan dalam kepercayaan dalam budaya-budaya yang berbeda.

BANGSA ASYRIA

Bukti dalam sejarah mengenai ketertarikan manusia terhadap mimpi datang dari peninggalan tertulis paling kuno ini berkuasa di kerajaan Asyria. Kerajaan kuno ini berkuasa di Mesopotamia pada abad 5 atau 6 SM. Papan tanah liat yang ditemukan di perpustakaan Raja Asurnasipal, di Niniwe, ternyata setelah diterjemahkan adalah buku-buku mengenai mimpi atau petunjuk tafsir mimpi. Menurut peninggalan tersebut, penyebab mimpi (baik mimpi baik atau buruk, maupun mimpi menyenangkan atau tidak) adalah roh jahat yang menghubungi manusia dalam tidur. Roh jahat ini bisa berasal dari dunia arwah atau dari orang-orang mati yang pernah dikenal si pemimpi.

BANGSA MESIR

Bangsa Mesir percaya bahwa mimpi adalah pesan dari dewa-dewa dan mempunyai tiga fungsi utama:

 Menasihati si pemimpi untuk bertobat karena sebuah kesalahan, yang biasanya bersifat moral.
 Peringatan tentang adanya bahaya di masa depan.
 Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak si pemimpi.

Namun karena mimpi biasanya sukar dimengerti dan karena interaksi antara dewa-dewa dan manusia biasanya penuh risiko, pada waktu itu dirasa perlu bertanya pada para ahli mimpi tentang pesan di balik mimpi (mirip masa kini). Karena itu, profesi penerjemah mimpi dipandang agung dan para pelakunya sangat dihormati dalam masyarakat. Mereka berpraktik di kuil-kuil “serapea” yang dibangun untuk menghormati dewa mimpi Mesir.


BANGSA YUNANI

Bangsa Yunani meneruskan tradisi bangsa Mesir dalam tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Ini termasuk praktik inkubasi. Karena dewa-dewa akan menjawab pertanyaan para manusia yang akan diterjemahkan oleh para penerjemah mimpi, orang-orang biasa yang memiliki masalah dan pertanyaan-pertanyaan harus tidur di dalam Serapea sampai para dewa menjawab pertanyaan mereka atau memutuskan bahwa orang-orang tersebut tidak perlu dilayani.

Inkubasi
Proses ini terkadang perlu waktu beberapa malam. Makin penting posisi seseorang dalam masyarakat, kemungkinan dijawabnya mimpi makin besar. Karena itu mimpi Raja-raja di anggap penting.

Bangsa Yunani kuno mempercayakan tanggung jawab tentang mimpi kepada Aesculapius, yaitu dewa penyembuhan. Di kuil-kuil yang didirikan bagi Aesculapius, peran inkubasi berubah dari nasihat umum menjadi masalah-masalah medis. Dewa dianggap menyatakan bahwa saat bermimpi mata kita melihat ke dalam dan menerangi jiwa. Karena itu, kita dapat melihat kebenaran yang tinggal didalamnya, termasuk kebenaran mengenai kesehatan. Pada puncak era Greco Roman, ratusan kuil didirikan dan sampai sekarang masih berdiri.

HIPPOCRATES DAN PLATO

Hippocrates dan Plato mempercayai pengaruh astrologi dalam isi mimpi. Hal ini tidaklah mengejutkan. Walaupun keduanya adalah orang yang sangat pintar, mereka hidup dalam suatu zaman ketika ilmu perbintangan sangatlah penting. Manusia menggantungkan nasib pada bintang-bintang untuk menunjukan jalan melintasi daratang dan lautan, serta untuk memberitahukan kapan menanam tumbuhan. Tentunya bintang-bintang juga dianggap berpengaruh terhadap mimpi.


ARISTOTELES

Hippocrates, Plato, dan Aristoteles tidak percaya bahwa kita perlu tidur untuk bermimpi. Murid Plato, yaitu Aristoteles, yang pertama memutus ramtai penghubung antara supernatural dan mimpi. Dia percaya bahwa mimpi bersumper dari hal-hal yang bersifat psikis atau supernatural. Hal ini didasarkan oleh penelitiannya terhadap hewan, yang menurutnya juga memiliki mimpi. Teori ini secara ilmiah baru dimampankan secara alamiah di pertengahan abad ke-20.

PENDEKATAN KETIMURAN TERHADAP MIMPI

Bukan hanya peradaban Mediterania yang percaya tentang sifat dinamis dari mimpi terjadi dalam sebuah dunia yang berbeda, namun ada sebuah sifat paradoks didalamnya. Ada sesuatu yang terjadi di dunia ini, tetapi juga tidak terjadi di dunia ini.

INDIA

WEDA, kitab suci berisi nasihat-nasihat bijak dari india, yang ditulis sekitar 1500-1000 SM, mengklasifikasikan mimpi sebagai beruntung dan tidak beruntung. Bangsa ini tertarik untuk mengetahui apa yang dapat di prediksikan oleh mimpi. Mimpi terakhir dari sebuah rangkaian mmpi adalah yang paling penting untuk si pemimpi dan semakin larut malam datangnya, semakin pula mimpi tersebut akan semakin nyata. Trempamen si pemimpi dihubungkan dengan isi mimpi tersebut.

CINA

Sifat paradoks mimpi dicatat oleh para penulis Cina. Mereka juga melihat bahwa mimpi memberikan informasi yang didapat di dunia lain, yang dapat kita pakai untuk keuntungan kita di dunia ini.

EROPA SEBELUM REVOLUSI FREUDIAN

Eropa di abad pertengahan adalah sebuah tempat penuh takhayul. Setan dilihat sebagai sebuah karakter yang kuat yang menunggu untuk menyerang di saat manusia sedang lengah. Semua orang harus terus berjaga-jaga. Tidak mengejutkan jika di pertengahan, mimpi dilihat dengan penuh kecurigaan. Sebuah kondisi saat setan dapat mudah menyerang.

SIGMUND FREUD

Dalam periode antara abad pertengahan sampai Freud, banyak ahli mencoba untuk menjelaskan sifat mimpi. Mimpi dihubungkan dengan pencernaan dan “aliran cairan tubuh” yang mengalir dari suatu tempat ke tempat lainnya. Mimpi juga dihubungkan dengan fisiologi dalam berbagai cara. Ada jgua yang percaya bahwa mimpi adalah produk dari pikiran dan ingatan. Beberapa juga melihat kepentingan simbolisme dalam mimpi. Namun demikian, Freudlah yang mengembangkan teori yang cakupannya paling luas dan paling penting mengenai mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Syf