Beberapa waktu lalu ...
“Hanya dia yang aku punya. Aku mohon clover, sebagai seorang wanita, kamu pasti bisa merasakan bagaimana jika berada di posisiku bukan? Aku sangat menyayangi Hizu, dan aku haus akan kasih sayang Hizu. Cinta dan sayang itu tumbuh sejak kami kecil, hingga sekarang. Kamu tau itu pasti sulit. Meski jika Hizu bilang padamu dia sangat mencintaimu, mungkin hanya setengah hati ia mengatakannya, tak lebih” Ujar Aurora yang berdiri dengan penyangga di kakinya.
“Tapi aurora, aku tahu Hizu, aku mengenalnya, dia tidak mungkin melakukan itu” Ujarku tak mau kalah.
“Kau hanya baru mengenalnya selama 3 bulan, aku mengenalnya 12 tahun lamanya. Aku mohon dengan sangat, sebagai seorang wanita, aku minta, jauhi Hizu. Maafkan aku Clover, tak ada pilihan lain” Aurora pergi meninggalkan koridor museum.
Today is ...
“Entah mengapa jadi seperti ini. Rasa cinta yang menumpuk dalam hati ini tak mampu aku ungkap hingga saat itu, aku tahu, kau memang bukan milikku.”
“Hai clover?!” Sapa Farel sambil merangkul ku dari belakang.
“Farel?! Hai??” Senyumku pada Farel.
“Yah, mana nih ekspresinya?? Kayanya kamu gak suka deh aku sapa” Farel menunduk.
“Heh! ih ya ampun, aku senang rel, ayo ih senyum dong” Ujarku menggoda sambil mencubit pipinya.
“Hehehe, habis kamu gak kaget sih. Lagian pagi-pagi gini udah melamun? Mikirin aku yah?”
“Bukan ... tapi ...”
“Cie, penggagum rahasia lagi nih? Dari siapa sih?” Tanya Farel sambil mengutak atik kameranya.
“Entahlah rel, aneh Lho. Pasti setiap pagi, setiap hari selalu saja ada surat. Kalau gak di tas, di buku, di depan pintu rumah, di tempat aku ada. Hmm tak peduli lah itu siapa.”
“... Yasudahlah, jangan terlalu dipikirkan”
Saat Hizu datang menghampiri kami, dan menarikku, membawa ku pergi meninggalkan Farel.
“Hai rel!” Sapa Hizu.
“Hai sob, minggu depan ikut turnamen basket ya? selamat ya sob!” Ujar Farel ramah.
“Makasih ya. Oya, rel aku pinjem temanmu dulu ya? ada yang ingin aku bicarain sama dia” Menarik tanganku.
“Eh? Oh iya silahkan” Jawab Farel.
“Ehhh, enggak enggak, Farel kita mau makan kan? aku belum sarapan, maaf Hizu, aku gak bisa” Aku menolak ajakan Hizu tapi tangannya terus memegang tanganku erat.
“Nanti kita sarapan, ayo rel” Hizu menarikku pergi.
“Eh, iya”
Hizu terus manarikku, sambil terus mencoba melepaskan genggamannya aku menggerutu, tapi dia tetap tidak mau melepaskan ku. Sesampainya di taman kampus, dibawah pohon chery yang dulu menjadi tempat paling berkenang untukku. Kata cinta itu terucap, kecupan hangat di kening, pelukan lembut cinta. Kami berdua hanya berdiri, saling terdiam, menunduk satu sama lain. Dengan tanganku masih tergenggam oleh genggaman hangatnya, dia mendekat, berbisik ditelingaku.
“Aku sadar, aku tak bisa menghindarinya. Rasa ingin bersama, memilikimu. Aku mau kamu” Bisik Hizu.
“...” Aku hanya diam membisu, menahan sakit, kenapa? kenapa kamu lakukan ini padaku Hizu, aku membencimu, sangat membencimu.
“Aku tahu ini sulit, aku tahu aku bodoh, telah menyakiti perasaan seseorang yang sangat aku cintai. Tapi, aku mohon ... Aurora sedang sakit, aku hanya ingin ..” Ucapannya ku potong.
“HIZU! Hentikan! aku tak peduli apapun itu, terserah apa yang ingin kau lakukan, kumohon jangan dekati aku lagi!” Aku menangis, ku tutup wajahku dengan kedua tanganku.
“Clover, aku tahu kamu bohong, aku tahu kamu merasakan hal yang sama denganku kan? Jawab aku clover? jawab?!” Hizu memegang kedua pipiku hangat, sambil menatapku.
“Mungkin kamu benar, aku hanya mengagumimu, tak lebih” Ucapku tajam.
“Tidak! Bukan! Aku tahu kamu bohong Clover, aku tahu” Tekan Hizu.
“Tidak! Aku jujur, aku hanya kagum dengan seorang kapten tim basket kampus. Yang tampan, cerdas, dan kaya sepertimu. Tidak lebih!” Bentakku padanya.
Aku menangis dalam setiap langkahku meninggalkannya, ingin aku membalikkan badan, berlari, dan memeluknya. Maafkan aku Hizu, aku berbohong, maafkan aku, aku sangat mencintaimu, aku sangat membencimu Hizu. Aku tak bisa menghidari perasaan ini, aku tak ingin mengenalmu lagi. Hizu ...
Tonight in my house ...
Terlihat farel yang sedang sibuk dengan kameranya, duduk di bench halaman depan, sambil tersenyum-senyum seperti melihat sebuah keindahan dalam fotonya, ada senang yang tak terduga, tersirat dalam parasnya. Aku menghampirinya sambil membawakan minuman kaleng, aku tahu farel sangat suka coffe jadi aku belikan nescafe coffe milk saja.
“Nih” Senyumku padanya sambil memberikan minuman kaleng itu.
“Wah, makasih ya peri kecil, hehehe tau saja kesukaanku” Farel lekas membuka nescafe dan meminumnya.
“Hah? Apa? Peri kecil?” Aku duduk didekatnya.
“Eh, maksudku makasih nescafenya” Ujarnya yang tetap fokus pada kameranya sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Apa sih? dari tadi senyum-senyum terus, ciee gambar apa sih coba aku liat?” Aku mendekati wajahnya yang fokus tertuju pada kameranya itu.
“Hehhh! Tidak bisss.. !” Matanya dekat sekali dengan mataku, hanya ada kacamatanya yang membatasi pandangan kami.
“Ini rahasia clover, nanti kalau sudah waktunya aku beritahu deh” Senyumnya sambil mencubit hidungku.
“Aduuhhh, ya ampun, farel main rahasia-rahasiaan nih, ciee pasti someone ya?” Godaku sambil mengusap hidungku yang memerah.
“Bukan, ini lebih dari itu, hehehe. Oya clov, aku mau langsung pulang ya, tugasnya sudah aku simpan di meja” Farel mengemasi barang-barangnya.
“Oh, iya, mudah-mudahan proyek kita ini berhasil ya, amin” Ujarku sambil membantunya membereskan barang-barangnya.
“AAAMMIIN, lapor! saya selaku ksatria berlensa pulang dulu !” Dengan konyolnya Farel hormat layaknya seorang prajurit, hehehe.
“Hihihi kamu itu, gemesin ih!!” Ujarku merangkulnya dari belakang sambil mengacak-acak rabutnya.
“Ahahaha iya iya ampun nona, samapai jumpa besok ya, bye” Farel pergi dengan motornya.
Seketika lenyap, sunyi yang mengisi ruang hati ini. Pikiranku selalu tertuju pada Hizu. Ya Allah, apa aku salah, aku melakukan ini bukan untuk diriku sendiri, aku tak bermaksud melukai, atau berdusta. Hufh, semoga hari-harimu menyenangkan Hizu. Ku tatap bintang yang ramai mengelilingin terang bulan.
Remember the moment ... Happy Birthday Hizu!! Happy Birthday Clover!!
Dibawah pohon chery ...
“Ini untukmu, muah” Kecupan hangat di pipi untuk yang pertama kali, kau buat aku merasakan cinta, Hizu.
“Hah?” Aku terkejut, terpana akan apa yang kau lakukan.
“Kenapa? Ada yang salah?” Hizu mengerutkan dahinya.
“Ehh, tidak. Rasanya aneh ...” Aku mengusap-usap pipiku.
“Lho? Kamu mau tahu rasanya aku mencium pipimu?” Senyum Hizu.
“Iya? Bagaimana rasanya? Apa aneh juga? Sama sepertiku?” Aku tanya penuh penasaran.
“Kamu harus cium pipi aku dulu clover” Hizu menatap lurus ke depan.
“Hah?! Gak ah, enggak jadi, aku sudah bisa menebaknya, pasti rasanya aneh juga” Aku membuang muka.
“Kalau kau tidak pernah mau mencoba sesuatu, kau tidak akan tahu apa itu akan berhasil atau tidak” Ucap Hizu bersandar di bench sambil menatap langit penuh bintang dan terang bulan.
“Tapi ini kan berbeda” Ujarku sambil menoleh ke arahnya.
“Aku bercanda, tuan putri” Hizu menoleh ke arahku sambil tersenyum dengan mata tertutup.
“Terimakasih, Hizu” Aku tersenyum padanya.
“Maaf ya, aku tidak romantis, aku pikir hadiah yang tadi itu tidak akan pernah terlupakan olehmu. Jadi kamu akan selalu mengingatnya, aku harap begitu” Hizu terus menatap langit.
“Aku akan selalu mengingatnya, hadiah terindah ini”
“Terindah? Bukannya teraneh?”
“Maksudmu? :P”
“Haha, mana hadiahku?” Tanya Hizu.
“Ha? Masa memberi hadiah minta hadiah juga?” Tanyaku polos.
“Heh, hari ini aku juga ulang tahun” Hizu mencubit pipiku.
“Aduhh, iya lupa, hahahhaha maaf yah, aku lupa” Aku tertawa puas.
“Ya ampun, puas sekali tertawanya”
“Muah” Ku kecup pipinya, serentak pipiku memerah, aku menunduk.
Rain in this morning ...
Duduk sendiri disepanjang koridor kampus, hanya ada hembusan angin dan gemercik hujan, mungkin karena aku datang teralu pagi. Rasanya sepi sekali, hari-hari tanpa Hizu, lagi. Mengapa? Rasanya aku sangat begitu kehilangan? Seandainya aku tak pernah mengenalmu, seandainya kita tidak bernah bertemu.
“Selamat pagi nona” Senyum Farel padaku.
“Pagi Farel” Balasku.
“Mentang-mentang hari ini hujan terus mood kamu ikut-ikutan mendung? Mana senyumnya?” Hibur Farel.
“Kenapa ya, rasanya sepi sekali ...” Aku menunduk.
“...”
“Kamu ga akan merasa kesepian, masih ada aku dan orang – orang disekitarmu”
“... Kenapa ... rasanya begitu banyak tekanan, aku bingung, aku jadi gila ...”
“Jangan! Jangan jadi gila, kalau kamu gila, siapa yang mau dengar ocehanku? ... kamu tenang saja”
(aku pun menoleh dan tersenyum) “Farellll !!!! Makasih yaaaa!!!” Ku cubit kedua pipinya dan kupeluk.
“Ehh? Ehehehh? Iya, tugasku untuk menghiburmu peri kecil” Senyum Farel.
Dari jauh terlihat hizu yang sedang memperhatikan, Farel dengan refleks segera melepas pelukan Clover.
“Hmm, maaf ya” Ujar farel.
“Enggak apa-apa, makasih ya, kamu memang sahabat yang paling baik” Senyumku.
“Sama-sama clover. Hmm oya, aku harus ke kelas dulu, ada jadwal nih, aku duluan ya, bye jelek” Farel [ergi dengan terburu-buru.
“Aneh, pergi gitu aja” Menggeleng-gelengkan kepala.
Surat? Lagi?
Tiba-tiba sebuah surat sudah ada di bangku tepat dimana aku akan duduk. Aku perhatikan, disitu tertulis namaku.
“Jika kamu punya beban berat, tendang beban itu dan manfaatkan momentumnya, itu akan membuatmu lebih kuat”- Surat
Setiap hari selalu saja aku mendapat bisikan-bisikan semangat yang tersurat ini. Entah siapa yang membuatnya, dia pasti orang yang hebat, karena tau apa yang ku rasakan.
Kelaspun dimulai, tapi aku tak melihat hizu masuk dalam ruangan ini. Kemana dia? Apa mengambil jam lain? Apa dia sakit? Apa dia marah padaku? Aku khawatir.
Di tempat lain ...
“Aku ...” Ujar hizu yang berdiri menghadap ke depan.
“Aku minta maaf, soal kemarin” Jelas farel.
“Soal apa?”
“Koridor, aku tak bermaksud apa-apa, hanya ingin menghiburnya” Jelas Farel.
“Aku mengerti, kau menyukainya kan?” Tanya Hizu.
“Tidak ... Aku hanya ingin memastikan dia tidak apa-apa” Farel menghela nafas.
“Kau tahu farel, saat dimana kau sangat ingin sekali melindungi dan menjaga seseorang, bukan karena alasan apapun, tapi karena ketulusan. Itu adalah saat yang paling indah. Meskipun orang tersebut tidak pernah menyadarinya.” Ujar Hizu.
“Maksudmu?” Farel menoleh.
“Jangan membohongi perasaanmu kawan, selama masih ada waktu untuk mengungkapkan perasaan itu, ungkapkan”
“Aku, aku enggak ngerti maksudmu”
“Sudahlah, bukan ini yang sebenarnya ingin ku bahas”
“Lalu?” Farel menyeritkan dahinya.
“Kau tahu, aku tahu Clover berbohong pada perasaannya, demikian aku, aku sangat menyayanginya, aku sangat ingin menjaganya, melihatnya tersenyum tak peduli apa yang kurasakan. Tapi ...”
“Mengapa kamu lakukan itu padanya. Dia sangat menyayangimu. Kalau kau pikir dengan berpura-pura menyayangi aurora, aurora akan bahagia? Semangat hidupnya akan kembali?” Tegas Farel agak kesal.
“Kau tak mengerti masalahku. Orangtuaku memintaku meneruskan kuliahku di tempat mereka, di new york. Dan aurora akan ikut bersamaku, aku tak bisa menolak permintaan orangtuaku, beliau sedang sakit, aku ..” Hizu menunduk.
“Alasan bodoh” Cetus Farel.
“Ya, kau benar, aku memang bodoh”
“Apa maumu?” Tanya Farel.
“Aku mau kau pertemukan aku dengan clover, jika aku menghampirinya dia selalu menghindar. Aku mohon, sebagai seorang lelaki. Aku tahu kau menyayanginya. Oya satu hal lagi, tolong jaga dia”
Hizu pun pergi dengan meninggalkan Farel dengan langkah-langkah kepasrahan. Esoknya Clover datang ke studio farel, clover menepati janji untuk datang ke studio farel dengan alasan melihat potret-potret alam hasil foto farel, meski sebenarnya farel berbohong.
“Farel?” Clover membuka pintu.
Dimana farel? Aku tak melihatnya. Kuperhatikan perlahan-lahan setiap foto yang menggantung dan tersebar di meja studio farel. Semua itu ? Aku tak menyangka, semua itu gambarku, saat ditaman, kelas, koridor, perpus, rumah. Farel? Apa maksudnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Surat Untuk Syf