Sebenarnya ini re-post dari naskah yang gagal
ikut kompetisi menulis online, tapi saya mau membagi pengalaman saja, selamat
membaca!
Dari
dulu sampai sekarang saya suka sekali makan makanan yang praktis dan cepat
saji, dengan alasan saya tidak ada banyak waktu untuk membuatnya sendiri.
Apalagi sekarang ini, dengan rutinitas saya di perkuliahan dan di organisasi
dalam maupun diluar kampus, saya jadi lebih sulit untuk menyiapkan bekal
sendiri. Terpaksa membeli makanan yang cepat saji, biasanya dibungkus
menggunakan styrofoam, kertas nasi, atau pelastik, ya awalnya masih biasa aja,
karena saya pikir satu sampah plastik/styrofoam tidak akan berpengaruh besar
untuk kehidupan kita.
Tapi
ternyata, kenyataannya berbeda setelah melihat beberapa sampah styrofoam yang mengapung
di pembuangan air yang justru menyumbat saluran-saluran dan menimbulkan banjir
jika terjadi hujan besar. Belum lagi sampah-sampah styrofoam yang menumpuk di TPS/TPA
karena tidak bisa teruraikan maupun di daur ulang, justru menjadi sarang
penyakit dan sampah itu akan mengeluarkan gas metan yang sangat berpengaruh
terhadap pemanasan global, setelah saya baca-baca beberapa artikel dan
penjelasan mengenai bahaya styrofoam ini, ternyata terdapat zat berbahaya yang
terkandung dalam styrofoam akan pindah pada makanan yang dibungkusnya, sehingga
menimbulkan penyakit seperti kanker.
Sejak
itu saya jadi pikir dua kali untuk membeli makanan praktis dan cepat saji. Jadi,
saya mulai menggunakan tempat makan dan minum sendiri dan membawa makanan
sendiri dari rumah, selain membuat kita lebih irit, hal ini juga lebih baik
karena kalau kita yang menyiapkan makanannya sendiri, kita bisa memastikan
makanan yang kita buat sendiri itu higenis. Kalau pun tidak sempat
menyiapkannya, dan membuat saya terpaksa untuk makan diwarung-warung makan,
saya lebih memilih untuk makan ditempat daripada dibungkus. Selain itu saya
juga selalu membawa tas kantong yang dapat di reuse, untuk mengurangi
penggunaan kantong plastik. Demikian, berarti kita telah mengurangi penggunaan
serta jumlah sampah plastik/styrofoam. Yuk, kita mulai ber-green-living. Karena
menjaga kesehatan kita sangat penting, agar kita tetap produktif dan aktif
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Ini Gayaku untuk mendukung Kampanye
"Styrofoam? No, Thanks!.", Apa gayamu?
Salam Lestari, Bulan Kecil.
Lebih enak balik ke Jaman Majapahit, belum ada nih polusi2 kaya gini, hahahaha.... Apa alternatif lain selain sterofoam??
BalasHapus