Kamis, 19 Juli 2012

ILMU LADUNI


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Selama ini, ilmu laduni dikenal oleh masyarakat awam seabagai suatu ilmu “sakti” yang datangnya tidak terduga. Ilmu ini bisa dimiliki siapa saja. Dan, orang yang memilikinya akan mengetahui semua hal berupa pengetahuan, meskipun ia belum pernah melihat, mempelajari, atau membacanya.

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS. Al – Kahfi: 65)

“min ladunna ilman” yang artinya “ilmu yang berasal dari sisi kami (Allah)”, yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah SWT berupa ilham atau wahyu. Menurut para musafir, hamba Allah disini (dalam ayat tersebut) adalah Nabi khidir, dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedangkan yang dimaksud ilmu adalah ilmu yang gaib, sebagaimana yang tercantum dalam ayat:

“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku." Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar." Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku." Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS. Al – Kahfi: 66-82)

Ilmu ladui adalah ilmu mukasyafah (mampu melihat dengan pandangan batinnya) yang berasal dari ilham maupun dari wahyu. Dari kisah tersebut, sekali lagi, dapat disimpukan bahwa ilmu laduni adalah ilmu mukasyafah ( mampu melihat dengan pandangan batinnya) yang berasa dari ilham maupun dari wahyu.
Sedangkah, dalam ensiklopedia islam, juga dijelaskan bahwa ilmu laduni adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang yang shalih dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT. Dengan demikian, ilmu mukasyafah atau ilmu laduni ini bukanlah hasil mempelajari hasil mempelajari suatu ilmu pengetahuan, tetapi merupakan ilham yang diletakkan kedalam jiwa (Hati) orang mukmin yang hatinya bersih. Jika hal ini terjadi kepada kita, maka kita diberi pengetahuan untuk menangkap suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang  akan terjadi. Sebab, hati yang bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu, yaitu Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Didalam tasawuf, ada tiga jenis alat komunikasi hati (ruhaniah), yakni kalbu (hati nurani) untuk mengetahui sifat-sifat Allah, ruh untuk mencintai-Nya, dan bagian yang paling dalam adalah sirr (rahasia) untuk musyabadah (menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT, secara yakin kepada-Nya. Meski dianggap memiliki  hubungan misterius dengan jantung secara jasmani, namun kalbu bukanlah daging atau darah, melainkan suatu benda halus yang mempunyai potensi untuk   mengetahui esensi segala sesuatu. Lapisan dalam lagi dinamakan sirr, semua itu seacar umu disebut hati.

Apabila ketiga organ tersebut telah disucikan sesuci-sucinya dan telah dikosongnkan dari segala hal yang buruk, lalu diisi dengan dzikir yang mendalam, makan hati itu akan dapat engetahui Allah. Itulah orang yang memiliki ilmu laduni. Allah SWT akan melimpahkan nur keilahian-Nya kepada hati yang suci ini.
Hati seperti ini diumpamakan oleh kaum sufi dengan sebuah cermin. Apabila cermin tadi telah dibersihkan dari debu dan noda-noda yang mengotorinya, niscaya ia akan mengkilat, bersih, dan bening. Pada saat itu, cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar apa saja yang ada dihadapannya dengan baik.
Demikian hanya dengan hati manusia. Apabila telah bersih, ia akan dapat memantulkan segala sesuatu (pengetahuan) yang datang dari Allah. Pengetahuan seperti itu disebut makrifat musyahadah  atau imu laduni. Seakin tinggi makrifat seseorang, makan semakin banyak pua ia mengetahui rahasia-rahasia Allah, dan ia pun semakin dekat dengan-Nya. Dalam pengertian umum, ilmu laduni ini terbagi menjadi dua bagian, yakni ilmu wahbiy dan ilmu kasbiy.

·         Ilmu wahbiy, adalah ilmu yang diperoleh tanpa proses belajar. Ilmu wahbiy ini terbagi menjadi dua acam yaitu, ilmu syariat (adalah ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para nabi dan rasul melalui jalan wahyu, baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan Malaikat Jibril) dan ilmu makrifat (adalah ilmu tentang sesuatu yang gaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham/terbukanya tabir gaib) atau ru’ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambanya yang mukmin dan shaih. Jika ditinjau dari segi bahasa, makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, makrifat, yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Makrifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan kepada hal-hal yang bersifat zhahir, tapi lebih mendalam batinnya dengan mengetahui rahasia-Nya.

 “Makrifat adalah cermin. Kalau seorang yang arif melihat ke cermin, maka yang dilihatnya hanyalah Allah SWT.” – Orang-orang sufi.

·         Ilmu kasbiy adalah ilmu yang diperoleh melalui proses belajar atau berusaha. Ilmu ini adalah ilmu Allah yang diberikan kepada semua mahlukNya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berpikir, sekolah, dan lain sebagainya. Di dalam Al-Qur’an, ayat-ayat yang menjelaskan tentang ilmu kasbiy ini lebih banyak daripada ayat yang menjelaskan tentang ilmu laduni atau ilmu wahbiy. Untuk itu manusia diwajibkan untuk berusaha dalam memperoleh pengetahuan. Kita ketahui bahwa manusia dilahirkan  dalam keadaan bodoh, tidak mengerti apa-apa. Seorang filusuf inggris, John ocke, menyebutnya sebagai tabularasa, yaitu kertas kosong yang beum terisi apa-apa. Lalu, Allah mengajarkan kepadanya berbagai macam nama dan pengetahuan agar ia bersyukur dan mengabdikan dirinya kepada Allah dengan penuh kesadaran dan pengertian. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS: an – Nahl: 78)
Pada hakikatnya, semua ilmu makhluk adalah ilmu laduni. Artinya, ilmu yang berasal dari Allah SWT. Para malaikat-Nya pun berkata:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

Demikian sekilas bayangan tentang ILMU LADUNI. Tidak ada maksud lain bagi saya, hanya sekedar berbagi, semoga dari sini kita dapat megnambil pelajaran, bahwa belajar itu adalah sesuatu yang diharuskan, karena dengan belajar kita akan mencoba meahai dan mengerti, juga mengambil setiap baik-buruknya daris setiap proses dan hasil yang membangun. Tetap semangat, terus berkarya, dan berbagi. - Bulan Kecil 

Sourced: Aktivasi Ilmu Laduni, Sosok Nabi Khidir yang Misterius




5 komentar:

  1. waktu kecil saya selalu mendengar orang ingin memiliki ilmu laduni,,,

    baru sekarang lagi ada yang membahas ilmu ini..

    Nice info
    #blogwalking sore

    BalasHapus
  2. Terimakasih :)
    Iya, banyak yang ingin memilikinya, entah untuk apa heheheh

    BalasHapus
  3. Woooww,,, berat itu ilmunya. sebelum bs ikhlas,

    BalasHapus
  4. Iya, heuheuhe kadang heran kenapa banyak yang nyari, entah untuk apa juga, wallahualam, yang penting semua ilmu yang kita miliki bisa teramalkan :)

    BalasHapus
  5. Info yang menarik

    BalasHapus

Surat Untuk Syf