Setiap orang
pasti pernah merasakan ketidakadilan terhadap sesuatu. Entah itu dimulai dari
dirinya sendiri, lingkungan keluarganya, lingkungan sekolahnya, maupun
lingkungan kerjanya, hal itu manusiawi adanya. Kita sebagai manusia yang tidak
luput dari kekurangan, sulit bagi kita untuk bersikap adil terhadap seseorang
maupun sesuatu. Tapi, pasti selalu ada cara lain untuk kita dalam menyikapinya.
Misalnya,
dalam sebuah perusahaan, seorang karyawan baru yang memiliki potensi yang kuat,
ikut dalam proyek besar, yang banyak diikuti oleh para karyawan-karyawan
senior. Para senior itu merasa hal tersebut adalah tidak adil, yang bagi para
karyawan senior untuk mengikuti proyek besar harus menunggu dan melewati banyak
proses, tapi bagi karyawan baru itu dengan mudah kesempatan ini didapatnya.
Hal semacam
ini tentunya akan menimbulkan emosi, tanggapan maupun hal-hal negatif lainnya,
mulai dari ketua, karyawan senior, hingga karyawan baru. Dalam hal ini para
karyawan senior merasa tidak adil atas keputusan pemimpin dalam mengikutsertakan
karyawan baru yang memiliki potensi kuat dalam proyek besar seperti ini. Para
karyawan senior ini ingin melakukan protes, sehingga mereka membicarakan si
pemimpin dan si karyawan baru dari belakang, juga mengancam dengan kualitas
kerjanya menjadi kurang baik. Lalu, si karyawan baru merasa diakui dan tinggi
hati, menurutnya mereka sama dengan para karyawan senior, sehingga tidak
menghormati yang lebih tua. Bagi si pemimpin sendiri, mungkin akan sulit
menghadapi tanggapan-tanggapan yang muncul dari karyawan-karyawannya, mulai
dari kualitas kerja si pemimpin dan kewibawaan si pemimpin yang tak dapat
bersikap adil terhadap karyawan-karyawannya, belum lagi kinerja para karyawan
yang mungkin menjadi menurun, akibat emosi-emosi negatif yang mempengaruhi.
Ada baiknya
bagi para karyawan baru untuk bersikap biasa, dan menghormati atasan, jangan
hanya karena skill yang dimiliki kita
menjadi tinggi hati dan tidak mau melewati proses, hanya ingin praktis-praktis
saja. Karena sesuatu itu bukan dilihat dari hasilnya saja, tapi juga prosesnya.
Begitupun
dengan para karyawan senior. Sebutan karyawan senior, mungkin sudah
menggambarkan sosok yang dewasa. Dalam hal semacam ini, sifat dewasa yang
berjiwa besar dan terbuka, juga mau belajar harusnya mengendap dalam diri kita.
Seseorang dipanggil karena kualitas kerjanya yang baik, seharusnya hal ini
menjadi sebuah motivasi bagi para karyawan senior untuk bekerja lebih baik
lagi.
Sama pula
dengan si pemimpin. Sebagai seorang pemimpin tentu tidak mudah untuk mengambil
keputusan, apalagi didesak dengan waktu
yang singkat. Setiap kantor atau organisasi memiliki prosedur
masing-masing, baik bagi seorang pemimpin maupun karyawannya. Bukan berarti
karena pekerjaan yang bagus dari karyawan baru memebebaskan mereka dari
proses-proses yang harus dilewati, yang para karyawan senior telah lewati.
Setiap pemimpin menginginkan karyawan-karyawan yang kerjanya baik. Jangan
sampai, sebagai pemimpin kita kehilangan rasa menghargai kita terhadap
bawahan-bawahan kita dan terhadap aturan maupun prosedur yang sudah dibuatkan.
Hal diatas
hanya sebuah analogi kecil yang sebenarnya ingin saya ungkapkan apa yang sedang
terjadi disekitar saya. Sulit memang untuk menyikapi hal yang seperti ini. Tapi
kesannya saya begitu mudah berbicara seperti ini. Bukan maksud untuk menggurui
atau apa, tapi kita tidak akan pernah tau jika kita tidak mau mencoba, dan
mungkin hal ini menjadikan kita untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar
kita.