Minggu, 15 Januari 2012

DraWings Part II: Heart Message

Cosmo lelah mencari, dia terjatuh lemas di ruang kelasnya.

“Maafkan aku Cosmo ...”. Ucap Chatta yang duduk melayang diatas bola-bola cahaya, di pojok ruangan.
“Kau?!”. Cosmo terkejut dengan nafas terengah-engah.
“Aku tidak bermaksud untuk melarikan diri, saat itu aku memang sedang dihukum untuk tidak keluar dari dunia fantasi selama  dua minggu. Karena aku teralu asyik dengan duniamu. Aku senang saat menghabiskan waktu bersamamu, Cosmo”. Ucap Cosmo lembut.
“Tapi kenapa!!? Kenapa kau harus melakukan itu!!?”. Cosmo membentak.
“Aku ... Aku tidak ...”. Chatta menunduk.
“Tidak bermaksud?! Hah! Lalu apa maumu?! Apa benar kau adalah temanku?! Kau meninggalkan aku disaat aku benar-benar sendiri!”. Cosmo membentak.
“Maafkan aku Cosmo”. Dengan sekejap Chatta sudah memeluk Cosmo.
“...”. Cosmo menunduk menahan tangis.
“Aku tidak tahu harus berbuat apa. Cosmo, apa aku masih temanmu? Aku ...”.
“Aku sangat membencimu”. Ucap Cosmo.
“Aku tahu. Aku bukan seorang malaikat yang dapat melindungimu, Aku bukan Kehangatan yang dapat menyelimutimu, Aku bukan seorang teman yang dapat memahamimu, Aku tak berwana, bahkan tak nyata. Aku hanya seorang gadis kecil, gambar masa lalumu, yang selalu kamu gambar di tengah kesepianmu”. Chatta menghilang.

“Aku merasakan kehangatan itu, kembali. Aku tahu, sebenarnya aku sangat merindukan perasaan itu”. Cosmo berbisik.
“Aku akan menghilang”. Ujar Chatta.
“Kenapa?”. Cosmo bertanya.
“Karena kamu mulai melupakan aku”.
“Aku, jangan pergi, tetaplah disini. Aku minta maaf.”. Cosmo menunduk.
“Gambarlah aku, Cosmo”. Suara Chatta terdengar berbisik, dan perlahan Chattapun lenyap.
“Chatta! Tunggu!”. Cosmo mencari-cari Chatta.

Cosmopun segera mencari alat-alat gambarnya dan mulai menggambar sosok Chatta kecil itu kembali. Hampir satu jam, sunyi menyelimuti, tak ada yang berubah. Semua sama.

“Aku dimana? Apa aku bermimpi?”. Cosmo terbangun menemukan dirinya diatas kasur kamarnya.
“Eh? Kau sudah sadar rupanya. Tadi kau pingsan, aku bawa saja kerumah. Tenang saja aku tidak melakukan apapun”. Cetus Clover sambil tersenyum, datang, dan duduk disebelah Cosmo.
“Chatta? Dimana Chatta?!”. Cosmo gelisah, beranjak dari kasurnya.
“Hei Hei Hei, tenanglah!”. Clover menahan Cosmo dan kembali menyandarkan Cosmo dikasur.
“Tidak bisa!”. Cosmo mencoba melawan.
“Hei, tenanglah. Siapa itu Chatta? Aku bisa membantumu. Kita bisa mencarinya bersama-sama, tapi setelah keadaanmu membaik”. Clover mengusap dahi Cosmo.
“Kau menyuruhku tenang! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku! Aku menunggunya sejak lama! Kau tidak akan tahu, karena kau tidak merasakannya!”. Cosmo tak sengaja membentak Clover.
“...”. Clover merasa tersinggung. Matanya berkaca-kaca, dan ia merapikan barang-barangnya dan segera pergi meninggalkan rumah Cosmo.
“Clover! Tunggu! Maaf, aku tidak...”. Cosmo menarik tangan Clover.
“Tidak. Aku memang tidak tahu apa-apa. Maafkan aku, aku permisi”. Cloverpun segera pulang dengan mobil miliknya.
“Clover! Tunggu!”. Cosmo berusaha menghalangi. Namun Clover tetap pergi.

Cosmo kembali ke kamarnya, membanting diri kekasur. Ia memejamkan mata sejenak, merenungkan apa yang telah ia lakukan terhadap Clover. Iapun membuka mata dan tiba-tiba saja Chatta berada dihadapan wajahnya, mereka saling berhadapan. Serentak, Cosmopun bangkit terkejut.

“Kau!? Chatta!”. Teriak Cosmo.
“Aduh, jangan berteriak seperti itu”. Chatta menutup telinganya sambil berputar-putar.
“Kau kembali?!”. Cosmo memeluk Chatta.
“Eh? Cosmo... Terimakasih karena pada detik-detik terakhir kau mengingatku, aku jadi tidak menghilang untuk selamanya”. Chatta memeluk Cosmo.
“Sudah seharusnya, aku melakukan hal itu”. Cosmo melepaskan pelukan Chatta.
“Sekarang, aku akan kembali ke duniaku”. Chatta menaiki bola-bola cahaya kemarin kembali.
“Kenapa? Apakah kau akan pergi selamanya? Apa kau tidak akan kembali?”. Cosmo bertanya.
“Aku akan selalu ada bersamamu meskipun tak nyata dalam pandanganmu, namun kau dapat merasakannya”. Dengan sekejap Chattapun lenyap.
“Terimakasih”. Cosmo tersenyum ditengah lelapnya.

Keesokan harinya ...

Terdengar nyanyian lembut dengan alunan biola dari ruangan aula. Suara indah yang menggetarkan setiap orang yang mendengarnya. Aku mendekat ke aula, mengintip dari jendela. Aku melihat seorang gadis, tak begitu jelas. Aku membuka pintu yang sudah terbuka sedikit perlahan-lahan.

“Clover?”. Ucapku pelan sambil memasuki ruangan.
“...”. Clover berhenti berhenti memainkan musiknya.
“Aku minta maaf, soal kemarin”. Cosmo menghampiri Clover.
“Kau benar”. Ucap Clover.
“Aku sadar, aku hanya teralu...”. Ucapan Cosmo terpotong.
“Kau benar, aku memang tidak mengerti”. Clover bertambah.
“Maksudmu?”. Cosmo duduk menghampiri Clover.
“...”. Clover merapikan biolanya.
“Clover?”. Cosmo bertanya ragu-ragu.
“Tidak, ini... ah sudahlah, aku lupa”. Clover menoleh dan sempat tersenyum, lalu pergi.
“Clover, ada apa?!”. Cosmo menahan Clover pergi.
“Pastikan besok pagi kau sudah tampan !”. Teriak Clover menggoda dari kejauhan.
“Eh?”. Cosmo agak heran.

Dan aku tak punya pilihan. Aku yakin Cinta bisa ditemukan ditempat yang tak terduga, seperti aku padamu sekarang. #HeartMessage Tapi Kupu-Kupu itu kini hinggap di bunga lain. Tulip kecil menangis.  #HeartMessage Aku hanya mengintip dari balik pohon, ku lihat kupu-kupu itu sedang bersamanya. #HeartMessage Kupu-kupu yang berbeda. Sungguh, aku merindukan mu, kupu-kupu.  #HeartMessage Kamu bilang aku tulip yang cantik, entah rasanya "senang" itu meledak-ledak, disini (Tunjuk hati). #HeartMessage
Rasanya sekarang tulip itu tak seindah saat kamu yang mengatakannya. #HeartMessage
Saat itu aku sangat bingung. Apa aku akan tetap menjadi tulip yang indah, atau hanya bunga yang layu saja? #HeartMessage

“Ini?”. Tanyaku dalam hati sambil membaca kertas yang tertinggal di kursi.
“Itu miliknya!”. Tiba-tiba muncul Chatta disamping Cosmo.
“Hei! Sejak kapan kau ada disini”. Cosmo terkejut heran.
“Sejak aku merindukanmu Cosmo”. Chatta memeluk Cosmo.
“Bisakah kau berhenti bersikap seperti ini!”. Cosmo mencoba melepaskan Chatta.
“Huuhhh. Baiklah”. Chattapun menghilang.
“Dan bisakah kau bersikap normal-normal saja. Kau ingin membuatku gila untuk kedua kalinya!”. Cosmo berteriak.
“Iya! Iya! Iya! Haaaah, tidak perlu berteriak seperti itu”. Chattapun muncul kembali disamping Cosmo.
“Hei,  ini apakah ini miliknya?”. Tanya Cosmo sambil terus membulak-balik kertas itu.
“Itu milik Clover”. Jawab Chatta.
“Sejak kapan?”. Tanya Cosmo.
“Apanya?”. Tanya Chatta.
“Semua ini? Tulisan ini? Dan Siapa orang yang dia maksud?”. Ada sedikit cemburu yang terpancar dari wajahnya.
“Jangan bilang kau cemburu Cosmo?! Ahhhh”. Goda Chatta.
“Tidak, aku, aku hanya penasaran saja”. Jawab Cosmo salah tingkah.
“Sudahlah, jangan membohongi diri sendiri. Ku rasa dia sudah sejak lama menulis.”. Jawab Chatta.
“Dari mana kau tahu?”. Cosmo bertanya.
“Dari tadi, wlee”. Chatta menghilang.
“Hei! Tunggu aku serius!”. Cosmo pun pergi.

Jam kelas psikologi kepribadian selesai, Cosmo keluar kelas bersama teman-temannya, Zeke, Ryan. Chatta mengikuti Cosmo dari belakang.

“Kurasa gadis itu menyukaimu”. Cetus Zeke menggoda Cosmo.
“Eh?! Sudahlah, dia memang aneh, abaikan saja”. Tambah Cosmo sambil terus berjalan.
“Kau benar, lihat saja penampilannya”. Tambah Ryan.
“Eh!?”. Serentak Zeke dan Cosmo menoleh kebelakang.
Toewwww! Ketiga pemuda itu menghadap kebelakang dengan pandangan heran setengah heran. Begitupun Chatta yang merasa aneh diperhatikan mereka bertiga.
“Kalian ini hyaaaaaa!!!! Pletak!!!”. Chatta memukul ketiganya dengan bukunya.
“Huaaa, benar-benar menyeramkan!”. Cetus Zeke.
“Tak kusangka gadis semanis ini??!”. Ryan menambahkan.
“Lariiiiii !!!”. Teriak ketiganya pergi meninggalkan Chatta.
“MENYEBALKAN!!!”. Teriak Chatta mengankat kedua tangannya dengan sangat kesal.

Dari arah yang berlawanan, Clover yang sedang berjalan. Seperti biasa saat posisi mereka sejajar berlawanan arah. Clover berhenti. Chatta diam terpaku.

“Jangan pernah katakan apapun soal diriku. Kalau kau tidak tahu apa-apa lebih baik diam saja”. Ujar Clover, sambil berjalan kembali.
“...”. Chatta menunduk saja.



Keesokan harinya, pagi akhir pekan ini Cosmo akan menghabiskan waktu bersama Clover. Sesampainya Cosmo dirumah Clover, dia datang untuk menjemput Clover. Cosmo mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak ada yang menjawab, ternyata pintunya tidak terkunci. Cosmo masuk perlahan.

“Clover?!”. Teriak Cosmo memanggil Clover. “Clover?! Clover?!”. Cosmo memanggil namun tak ada jawaban. “Apa ini?”. Cosmo menyentuh burung-burung origami yang menggantung diruang tengah rumah Clover. “Banyak sekali. Clover!?”. Cosmo tetap memanggil, sambil menunggu dia melihat beberapa kertas origami yang tersebar di meja dan membaca salah satunya.

Saat perasaan itu datang, aku hanya diam. Entah, rasanya. Kosong. #HeartMessage

“Eh?! Apa ini?!”. Cosmo penasaran, dia membaca kertas-kertas lainnya.

Tulip kecil tidak berwana, adakah keindahan yang akan mewarnainya. #HeartMessage

“Jangan-jangan semua origami ini, dan tulisan ini”. Cosmo membuka semua burung-burung origami yang menggantung.

“Ini!”.
Tulip kecil bersembunyi di balik keindahannya. #HeartMessage

“Ini juga!”.
Tidak peduli apa yang aku rasakan. Hati ini berdarah. #HeartMessage
  
“Ada apa dengan Clover?”. Cosmo membuka semua origami itu.
Tulip kecil bersayap yang malang, itu lah aku. #HeartMessage

“Cosmo?”. Keluar Clover yang turun dari tangga.
“Clover? Kau?!”. Cosmo terkejut dan salah tingkah.
“Ada apa? Ada yang salah dengan penampilanku?”. Tanya Clover heran.
“Eh, tidak. Clover, apa itu?!”. Tunjuk Cosmo kearah punggung Clover.
“Haa!?!!!?!”. Clover terkejut saat menoleh kebelakang.

To Be Continue ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Syf