Tampilkan postingan dengan label Ruang Astronomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ruang Astronomi. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Juli 2012

Sang Purnama dalam Surah Yaasiin

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 

Jadilah orang yang dapat memantulkan cahaya purnama ke penjuru semesta baik untuk diri sendiri dan lingkungan melalui bicara dan tindakan berdasarkan Al-Quran.

“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267].” Q.S. Yaasiin : 39

[1267]. Maksudnya: bulan-bulan itu pada awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

Matahari adalah solar system yang menjadi sumber cahaya dan energi dan bulan adaah lunar system yang menjadi pantulan dari solar system. Bila dianalogikan Allah SWT adalah solar system maka Nabi Muhammad SAW adalah lunar systemnya. Bila “fungsi” adalah sebagai solar systemnya maka “manfaat” adalah sebagai lunar systemnya.

Lunar system Rasulullah SAW adalah sunah-sunahnya, sedangkan lunar system diri manusia adalah bicaranya. Bila matahari bersinar maka bulan bercahaya, hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. Yunus (10) : 5.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” 

Pada ayat ini dikatakan bahwa adanya matahari dan bulan adalah untuk mengetahui sinin (tahun) dan hisab. Adada pada ayat ini memiliki akar kata adda yang berarti menghitung, menyebut, mengatakan, dan sebagainya.

Allah SWT menciptakan matahari dan bulan dengan haq. Kalau begitu yang dikatakan Al-Haqq adalah apabila manusia bisa menghitung keadaan di luar diri dan dala diri. Bagi orang-orang yang beriman tentu hal ini akan  sangat bernilai, karena akan menjadikan dirinya termotivasi untuk terus berlajar dan memperbaiki dirinya.

Matahari bersinar dan bulan bercahaya, matahari adalah bagaikan mata manusia yang mampu melihat situasi pada siang hari. Dengan mata kita mampu berlajar mensyukuri dari semua kejadian-kejadian yang dapat dilihat. Bencana alam, kelaparan dan kekurangan hidup lainnya dapat segera disaksikan melalui media mata. Sementara informasi yang terpantul pada pendengaran. Pada malam hari lebih dominan peran telinga menangkap informasi yang membuat kita menjadi siap dan waspada. Nilai kewaspadaan inilah yang mampu mengendalikan mata untuk tidak terjebak dan terlena dengan apa yang dilihatnya, agar selalu menjaga kualitas dirinya sehingga mampu terus naik (mi’raj-‘urjuun) menjadi lebih baik lagi dari hari ini maupun sebelumnya.

...

Bulan tetap lah bulan yang dulu, yang mengilhamkan banyaka lagu, yang tak genit tatkala sabit, yang menggetarkan sukma tatkala purnama. Bulan yang kini tetap sujud kepada Yang Widhi, Yang menyebabkan kita malu andai tak sujud! Tuhan Mahakreator! Terang bulan-Mu terang dikali. Menambah iiman kepada-Mu niscaya akan menenagkan hati.

...

Sang Purnama

Senandung senja mengantar malam pada masanya
Sejuk memadu dengan hati yang bersandar pada-Nya
Enggan langit kembali menabur kegelapan yang sunyi senyap
Kini sang purnama pun datang

Mungkinkah ini malam gulita itu?
Biarkan sang purnama menghangatkannya 
Dengan cahaya lembut yang dipantulkannya pada semesta
Sungguh, kini menjadi malam yang indah

Bulan, memang hanyalah sebuah bongkahan batu yang jelek berongga, tapi bulan dapat mebagi keindahannya untuk semesta. Bulan yang dalam setiap putarannya bersujud, berdzikir bersama semesta kepada Yang Maha Kuasa, dan meski bulan memiliki rupa yang jelek, tetapi dapat menjalankan tugasnya, untuk memantulkan cahaya lembut yang indah.

Subhanallah



Sourced: 
Dedy Suardi/1989/Tafakur Di Galaksi Luhur
Dodi Syihab/Kecerdasan Yaasiin


Sabtu, 17 Desember 2011

Hikmah Penciptaan Bulan dan Bintang-Bintang

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Ia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya” [Qs. al-Furqan : 61]



Karena Allah menciptakan malam agar udara menjadi dingin dan untuk ketenangan serta ketentraman, maka Ia tidak menjadikan malam menjadi gelap gulita tanpa cahaya sama sekali, yang mengakibatkan tidak ada satu pekerjaanpun yang dapat dilakukan. Mungkin manusia perlu mengerjakan sebagian pekerjaan mereka di malam hari, baik karena terpaksa atau karena waktu yang sempit di siang hari. Ha itu mungkin terjadi karena udara yang sangat panas di siang hari atau karena sebab-sebab lain. Jadi cahaya bulan di malam hari termasuk yang kita butuhkan untuk membantu hal itu. Maka Allah menjadikan cahaya bulan muncul pada sebagian malam. Namun, Ia mengurangi  cahaya bulan di bandingkan cahaya dan panas matahari, agar kesungguhan manusia bekerja pada siang hari. Karena, hal itu dapat menghilangkan kenikmatan ketenangan dan ketentraman sehingga dapat merugikan mereka.

Ia menciptakan bintang-bintang sebagai hiasan langit serta kesenangan bagi penduduk bumi. Perhatikanlah, alangkah rapinya pengaturan ini ! Ia menjadikan gelap memiliki giliran dan dalam masa tertentu karena adanya kebutuhan kepadanya. Diantara masa gelap dengan masa gelap berikutnya, Ia menjadikan cahaya agar sesuatu yang menbutuhkannya dapat menjadi sempurna. 

Pada bulan terdapat pengetahuan tentang bulan-bulan dan tahun-tahun. Itu merupakan manfaat dan nikmat dari Allah SWT. Pada Bintang-bintang terdapat kepentingan yang lain lagi. Padanya terdapat petunjuk-petunjuk dan tanda-tanda berbagai waktu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti bertani dan berkebun; juga dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam perjalanan di darat dan di laut; dan untuk mengetahui hal-hall yang biasa terjadi seperti badai, udara panas, dan udara dingin. Dengan bintang-bintang, orang-orang yang mengadakan perjalanan dapat memperoleh petunjuk di kegelapan malam, dapat menempuh padang tandus yang tak berpenghuni, dan lautan yang luas sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT.

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut” [Qs. al-An’am: 97]

Bintang-bintang di langit juga silih berganti berada di depan dan di belakang, terbit dan tenggelam dengan keelokan dan keindahannya. Begitu pun bulan; keadaannya berubah-ubah yaitu membesar dan mengecil, bertambah dan berkurang, serta bersinar dan terhalang sinarnya. Semua itu merupakan petunjuk atas kekuasaan penciptanya yang mengubah-ubahnya untuk kebaikan alam.  Kemudian pikirkanlah rotasi bintang-bintang di planet ini pada setiap siang dan malam dengan perputaran yang cepat. Perjalanannya dapat diketahui dan disaksikan, karena kita menyaksikannya terbit dan terbenam. Jika tidak karena perjalanannya yang begitu cepat maka ia tak akan menempuh perjalanan yang jauh ini dalam waktu 24 jam. Kalaulah tidak karena pengaturan Allah dengan meninggikannya sehingga kita tidak mengetahui perjalanannya yang sangat cepat pada orbitnya, niscaya mata kita akan menjadi sialu karena gerakannya yang cepat sebagaimana yang kadang-kadang  terjadi  jika kilat menyambar di udara.

Pikirkanlah perlindungan Tuhan Yang Maha Mencipta dalam menentukan perjalanan bintang-bintang itu di tempat yang sangat jauh agar perjalanannya tidak menimbulkan kejadian yang tidak dapat ditanggung. Jadi, dalam setiap keadaan ia ditentukan menurut kebutuhannya.

Perhatikanlah benda-benda langit yang muncul pada sebagian waktu dalam setahun dan terhalang pada sebagian waktu yang lain seperti bintang kartika, bintang gemini, dan lain-lain. Jika semuanya itu muncul pada waktu yang sama maka bintang-bintang itu tidak dapat menjadi petunjuk bagi manusia untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Terbitnya sebagian bintang itu pada suatu waktu tertentu dan tidak pada waktu lainnya dapat bermanfaat bagi manusia. Karena itu banat na’sy (nama bintang) dijadikan selalu terllihat dan tidak hilang karena ada manfaat – manfaat tertentu. Ia seperti tanda-tanda yang digunakan sebagai petunjuk oleh manusia pada jalan-jalan yang tidak diketahui di darat maupun di laut. Ia tidak hilang dan tidak pula tertutup.

Kemudian perhatikanlah, seandainya bintang-bintang itu tetap, maka hilanglah petunjuk-petunjuk yang dapat diketahui dengan berpindah-pindahnya bintang-bintang itu, sebagaimana berpindahnya matahari dan bulan di tempat-tempatnya dapat menunjukan beberapa hal yang terjadi di alam. Karena, jauhnya perjalanan sesuatu yang berpindah itu dapat diketahui dengan berpindahnya dari bintang yang dekat; sebagaimana perjalanannya dapat diketahui dari tempat-tempat ia bertolak. Matahari, Bulan, dan Bintang-bintang mengelilingi alam ini dengan perputaran yang tetap pada empat musim dalam setiap tahun utnuk kepentingan semua yang ada di dalamnya, baik hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lainnya dengan ketentuan Allah SWT.

Di antara hikmah yang agung adalah diciptakannya tata surya ini yang dengannya alam ini menjadi kokoh dengan aturan yang sangat rapi, dimana dalam masa yang panjang tidak terjadi perubahan. Jika terjadi perubahan dalam perkara yang besar ini maka manusia tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memperbaikinya. Jika terjadi perubahan padanya, maka perubahan ini akan menyebabkan suatu kejadian besar di bumi, karena tegaknya bumi terkait dengan langit. Jadi, semua itu berlangsung atas kekuasaan Allah SWT. Semuanya tidak ada yang kacau, tidak ada yang rusak, dan tidak ada yang terlambat dari waktunya untuk kepentingan alam ini.Subhanallah, Mahasuci Allah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.

[Dengan bintang-bintang, orang-orang yang mengadakan perjalanan dapat memperoleh petunjuk di kegelapan malam]

Sumber: Ghazali, Imam. Keajaiban Penciptaan Mahluk. Jakarta: 2011. Zaytuna.

Senin, 21 November 2011

Moon (Bulan)

TERANG BULAN TERANG DI KALI
TAMBAH IMAN
TENANG DI HATI


“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). ALLAH tidak menciptakan yang demikia itu melainkan hak, Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”. [Yunus : 05]

Tidak ada yang mengetahui dengan jelas kapan manusia muai mengamati rembulan. Ada ukiran Dewi Laussel yang diperkirakan dibuat 20.000 BCE. Dewi itu memegang tanduk bison yang ditandai dengan 13 bulan penanggalan. Ada juga ukiran pada sebuah gua yang diperkirakan dibuat antara 13.000 dan 11.000 BCE. Ukiran tersebut menggambarkan tiga sosok wanita diatas punggung bison. Tiga sosok tersebut diperkirakan melambangkan tiga fase rembulan.

Matahari adalah sesuatu yang terstabil yang diketahui manusia sejak dahulu kala, kecuali untuk perubahan terbit dan tenggelamnya dalam musim-musim tertentu. Tetapi bulan sangat misterius karena berubah-ubah dan memberikan sinarnya dalam kegelapan malam. Pada akhirnya, para wanita mulai memperkirakan datangnya masa haid berdasarkan siklus bulan sehingga terciptalah kalender untuk pertama kalinya. Dengan menghitung siklus bulan, orang-orang pada zaman dahulu bisa mengatur pertemuan dan perayaan keagamaan.

Selama berabad-abad, para wanita adalah penjaga kalender, pendeta, tabib, dan penasihat klan, karena kemampuan mereka berkomunikasi dengan energi bulan. Para lelaki mempelajari fase bulan untuk keperluan berburu dan bercocok tanam. Pada awalnya semua orang menganggap bahwa bulan tidak berpengaruh pada manusia.

Setiap orang dipengaruhi oleh rembulan. Kadar pengaruhnya pun berbeda-beda. Sekitar sepertiga manusia lahir pada saat rembulan purnama. Orang-orang ini sangat sensitif dan emosional, dan meningkat emosinya saat bulan memasuki fase purnama. Bagi mereka yang tidak mempercayai sensitivitas emosi dan fisik, fase bulan menimbulkan penderitaan, pengalaman menyedihkan, khususnya jika sensitivitas itu berupa penglihatan pada hal-hal gaib, mimpi-mimpi, ataau bayangan tentang masa depan, bisa juga kembali ke masa lalu.

Manusia tidak bisa menghindari pengaruh bulan, tak peduli mereka percaya atau tidak. Rembulan memperngaruhi manusia dalam berbagai cara. Jika kita tidak menyadari energi rembulan, efeknya bisa buruk bagi kita.

Polisi, pemadam kebakaran, bartender, dan pegawai rumah sakit tahu bahwa bulan Purnama membawa masalah yang lebih dramatis dan berbahaya. Sejumlah penelitian di Florida dan New York menunjukan tindakan kekerasan, perampokan, dan pencurian mobil meningkat saat bulan purnama. Suatu penelitian di Ohio menemukan sepuluh kategori kejahatan yang yang dipengaruhi oleh bulan purnama yaitu : pemerkosaan, perampokan, penyerangan, pencurian mobil, pencurian, mabuk-mabukan, tindakan menyimpang, pencurian dan kekerasan terhadap keluarga.

Bukan hanya bulan purnama yang mempengaruhi emosi dan tindakan irasional manusia. Bulan baru juga mempenngaruhi manusia, terutama mereka yang bermental tidak stabil. Paracelsus menulis bahwa bulan baru membuat orang-orang dengan mental tidak stabil menjadi semakin parah.

Tetapi pengaruh dan energi bulan purnama dan baru tidak selalu negatif. Para nelayan di Nora Scotia mengetahui bahwa penangkapan ikan terbesar ikan hering terjadi pada saat bulan purnama.

Aristoteles dan Plini yakin bahwa gempa bumi biasanya terjadi pada saat bulan Baru. Dr. Toksoz, seorang ahli geofisika, penasaran dengan pengaruh bulan terhadap gempa bumi. Ia mempelajari 2000 gempa bumi dan menemukan bahwa gempa bumi terjadi dua kali lebih banyak pada bulan baru dan purnama. Jika informasi ini ditanggapai dengan lebih serius, kita mungkin akan lebih waspada ppada gempa bumi.

Proporsi terbesar dari tubuh manusia adalah air. Jika bulan bisa mempengaruhi pasang surut air laut, ikan hering, dan sebagainya, sangat logis jika manusia juga bisa terpengaruh kangsung oleh bulan.

Energi fase bulan merupakan pengenatahuan kuno yang ada di bergbagai belahan dunia. Pengatahuan tentang bulan ini digunakan oleh orang-orang Pagan, ritual-ritua gaib, dan para cenayang. Fase bulan tertentu menghasilkan energi unik yang bisa diserap oleh manusia melalui tahap besar dan kecil.

Bulan secara tradisional dikaitkan dengan tiga aspek dari tiga Dewi: Maiden [Bulan Sabit], Mother [Bulan Purnama], dan Crone [Bulan Gelap]. Tiga aspek ini juga terhubung dengan alur energi khusus: Waning [Penurunan] dan Waxing [Peningkatan]. Anne Kent Rush dalam Moon, Moon, menulis bahwa pentingnya posisi wanita dalam suatu komunitas bergantung pada bagaimana masyarakat memandang nilai bulan. Artinya jika mereka menganggap remeh bulan, maka mereka juga akan menganggap remeh wanita. Wanita dan bulan terikat satu sama lain.

Wanita secara tidak sadar mengetahui keterkaitannya dengan bulan melalui tubuh dan menstruasi mereka. Pria tidak memiliki keterkaitan fisik yang kentara. Tapi sebuah perusahaan taksi di Jepang akan berkata bahwa pria juga terpengaruh oleh rembulan. Mereka mempelajari bahwa kecelakaan sering terjadi pada waktu tertentu yaitu posisi-posisi bulan tertentu.

Filosofi Cina tentang Yin dan Yang terkait dengan periode Waning dan Waxing rembulan serta peningkatan dan penurunan energi hidup manusia. Astrologi hindu juga memperhatikan pentingnya fase rembulan Waxing akan hidup lebih lama. Dengan menyadari pengaruh rembulan pada kita, akan menghemat waktu, energi, dan mengurangi frustasi. Bulan sabit dan bulan baru adalah saat yang tepat untuk introversi, Bulan Puranama adalah saat yang tepat untuk ekstroversi.

Sejarah Kalender Bulan
Ada tiga jenis kalender: Solar, Lunar, dan Luni-Solar. Kalender digunakan untuk menciptakan tanggal. Kalender menandai waktu-waktu tertentu seperti gerhana bulan dan matahari. Kalender yang paling kuno adalah Lunar berdasarkan rembulan. Kalender Solar merupakan penemuan yang lebih modern, jika dibandingkan dengan lama manusia mendiami planet ini. Banyak penemuan arkeologis dan dokumen sejarah yang menunjukan bahwa kebudayaan awal manusia berada di sekitar rembulan dan fasenya. Beberapa perayaan diketahui berdasarkan fase rembulan.

Kalender kuno di Cina dibuat berdasarkan siklus Lunar, dengan tetap memperhatikan matahari dan bulan. Dua puluh delapan pembagian kalender Lunar Cina disebut Hsiu yang berarti Rumah. Setiap rumah dihuni seorang ksatria penjaga Dewi bulan. Kalender serupa juga digunakan di Jepang, Korea, dan Vieatnam.
Kalender kuno di Kaldea, Babilonia, Mesopotamia, Yunani, Roma, dan Kelt juga berdasarkan bulan. Pendeta-pendeeta Babilonia mengajarkan bahwa Dewa Marduk menghitung hari-hari suci dan musim berdasarkan pergerakan bulan. Pemuja bulan di Kaldea percaya bahwa pergerakan bulan melalui simbol-simbol zodiak menenntukan nasib seseorang.

Bahkan sampai saat ini, orang-orang muslim masih menggunakan bulan dan tahun Lunar. Kalender Islam terdiri atas 354 atau 355 sehingga puasa Ramadhan harus diperhitungkan berdasarkan bulan.

Bulan tidak hanya menampilkan satu bentuk dan ukuran. Ia berubah-ubah mulai Sabit sampai Purnama, kemudian kembali ke sabit, dalam ±29 ½ hari. Kadang-kadang bulan tampak lebih besar. Ini dikarenakan orbit rembulan yang berbentuk elips dalam mengelilingi bumi. Jika ia berada dekat dengan bumi [perigee], bulan terlihat 15% lebih besar daripada saat ia jauh [apagee]. Energinya lebih besar dari biasanya. Secara teoritis, kekuatan magis juga akan meningkat.

Sudut bulan yang bervariasi pada zenithnya menyebabkan bulan terbit lebih tinggi dari biasanya. Ini dikarenakan orbit bulan tidak tepat berada pada ekuator bumi, di saat sseperti ini energinya sangat bagus.
Karena bulan dipengaruhi oleh matahari dan sudut yang ia buat antara bulan dan bumi, maka energinya juga terpengaruh.

Meski demikian, harus tetap diingat bahwa bulan adalah ciptaan-Nya, demikian juga energi yang terkandung di dalamnya. Jadi bijakasanalah menyikapinya. Bulan tetap lah bulan yang dulu, yang mengilhamkan banyaka lagu, yang tak genit tatkala sabit, yang menggetarkan sukma tatkala purnama. Bulan yang kini tetap sujud kepada Yang Widhi, Yang menyebabkan kita malu andai tak sujud! Tuhan Mahakreator! Terang bulan-Mu terang dikali. Menambah iiman kepada-Mu niscaya akan menenagkan hati.

Sumber:
D.J. Conway/2011/bulan
Dedy Suardi/1989/ Tafakur Di Galaksi Luhur