Hai, namaku Luna, aku pingin jadi temen kamu. Boleh ya?
“Hngg..
Tiga.. Dua.. Satu.. Perih di balik senyuman kamu akan hilang! Fuuuhh!” Bisik Luna lembut ke telinga Farel.
“Kamu
tuh, ngapain sih?” Farel mengusap-usap
telinganya, sambil tersenyum kecil.
“Itu
mantra.” Senyum Luna.
“Hah?
Mantra? Buat apa?” Tanya Farel heran.
“Hufft,
kamu tuh, suka pura-pura gak ngerti deh.” Jawab Luna agak ketus sambil cemberut.
“Ih,
aku serius, aku emang
gak ngerti. Jjah! Ngambek gitu, hahaha.” Goda Farel sambil tertawa kecil.
“Yaudah,
lupain aja, hahaha.” Luna tertawa dengan
terpaksa.
“Hahaha, kamu tuh,
ada-ada aja. Makasih ya!” Ujar Farel tersenyum,
sambil menepuk poni rambut Luna.
“Hah?
Hu’um! Nah, gitu dong!” Luna mengangguk dan
tersenyum.
Tiga..
Dua.. Satu.. Kita
ketemu lagi di perpus =)
“Hai!” Sapaku sambil tersenyum.
“Eh,
hai!” Balas Farel yang sibuk dengan berkas-berkasnya.
“Hngg..
Semangat ya!” Ucapku penuh semangat padanya, sampai
kuangakat sedikit kedua tanganku di hadapannya.
“Hah?
Eh, iya kamu juga, semangat!” Farel hanya
mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
“Hmm,
kenapa?” Ujarku lembut, yang sedari tadi memperhatikannya.
“Liat
pulplen aku gak? Perasaan dari tadi diselipin di buku deh, duh!” Farel gelisah, berputar-putar mencari balpoin miliknya,
sementara aku hanya bisa tersenyum kecil.
“Hufft,
sini, sini, sini! Take your time brother!”
Kedua tanganku disimpannya di bahu Farel, agar Farel berdiri tepat berhadapan
denganku.
“Eh?
Kenapa?” Farel sedikit heran.
“Oke! Dari
tadi tuh pulpennya
kamu pegang! Ckckckck!” Ujarku yang hanya bisa tersenyum sambil
menggelen-gelengkan kepala.
“Hah?
Ah, sial! Kok aku jadi gak fokus gini sih?! Argh!” Farel mengacak-acak rambutnya, padahal rambutnya pendek,
jadi gak akan acak-acakkan hehe.
“Udah..
Udah.. You know what should you do then!
Right?”
Ujarku sambil tersenyum.
“Hahh..
Iya, thanks ya! Jadi malu sendiri hahaha!” Farel
sedikit menghela nafas, dan dia hanya tersenyum kecil.
“Hmm…
Kayaknya kamu butuh mantra aku lagi deh!”
Saranku padanya.
“Mantra? Oh iya, boleh tuh!” Balas Farel sambil tertawa kecil.
“Hahaha,
gak jadi deh, nanti malah diketawain lagi. Lagian, banyak orang.” Ujarku sambil menutup
mulutku dengan telapak tangan kiriku.
“Hahaha,
yaudah, gak apa-apa kok.” Farel hanya tersenyum kecil, sambil melanjutkan
memeriksa arsipnya.
“Hmm,
nih!” Aku tuliskan “Fighting!” pada secarik kertas kecil, ku tiup lembut, lalu
kusisipkan pada salah satu berkasnya, setelah itu ku pergi, sambil
memperhatikan dari kejauhan.
“Fighting?”
Farel tersenyum.
“Syukurlah.
Terimakasih Tuhan.” Bisikku dalam hati.
Hari ini aku kita belum berjodoh =(
“Good
evening universe!” Ucapku pelan, melebarkan kedua tanganku kesamping, mencoba
menikmati udara senja di balkon depan kelas.
“Hufft,
hari ini aku belum liat kamu? Gimana kabarmu hari ini ya? Semoga kamu tetap
tersenyum ya? Kan udah aku tiupin mantraku hahaha hufft, padahal hari ini aku
punya cerita lucu, tadinya mau aku share ke kamu. Tapi ternyata hari ini kita
belum berjodoh, hehehe. Mungkin lain kali ya?” Ujarku monolog di senja itu.
Semakin dekat, semakin kulihat, semakin ku dengar,
semakin kurasa, semakin ku tahu, tentang kamu... Semuanya, sampai sayangku juga
tentang kamu =)
“Kamu tau siput?” Tanya Farel sambil tersenyum, saat kita
memperhatikan siput kecil yang merayap menempel di batang pohon.
“Iya, hewan kecil ini kan?
Kenapa dengan siput?” Tanyaku polos.
“Siput itu hewan yang tangguh.”
Ujarnya tersenyum kecil.
“Tangguh? Mereka lamban, terus
beraninya umpet-umpetan! Terus menggelikan!” Ujarku merinding, soalnya aku gak
suka hewan mengeliat-mengeliat.
“Hahaha. Siput memang lamban, pengecut,
udah gitu menjijikan lagi. Tapi siput gak peduli, biarpun dinilai seburuk itu,
mereka memilih untuk menjalani perjalanan kehidupan mereka sendiri. Dengan
kesabaran yang mereka punya, mereka bisa sampe di puncak pohon. Kita jadi
belajar, bahwa selalu ada sesuatu yang istimewa dari setiap diri seseorang, dan
kita jadi tau, gak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri, seutuhnya.”
Jelas Farel pelan, lalu tersenyum.
“I.. Iya.. Makasih ya!” Aku ikut
tersenyum.
“Jadi masih takut sama siput?”
Tanya dia agak sedikit menggoda.
“Hahaha, hmm, gimana yah, abis
geli sih.” Ujarku manja.
“Hahaha, kamu tuh, ada-ada aja.”
Farel tersenyum.
“Kamu manis, aku suka, maaf ya,
hahaha.” Bisikku dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri.
Aku benci kamu!
“Aku bisa sendiri kok!” Tegasku pada Farel.
“Kamu
jangan sok kuat, sini biar aku yang gendong!” Pinta kamu agak ketus.
“Gak!
Aku bisa sendiri!” Tegasku.
“Aku
tau kamu itu gadis yang kuat, tapi kamu akan lebih kuat kalau aku bantu sayang.”
Farel tersenyum dan menggendongku ke kursi roda.
“Huh!”
Kenapa? =’(
“...” Cuma koridor panjang di kampus yang jadi saksi
bisu, aku menangis. Aku liat kamu cium kening seorang cewek, dia cantik sekali.
Seperti malaikat sungguhan. Dia membawakanmu, sekotak, eh tidak-tidak, seikat..
bukan, sebongkah, engga bukan, tapi sesuatu, sesuatu yang padahal setiap hari
aku bawa buat kamu... ya, sesuatu itu, cinta... Tapi kenapa dia?!
Maafin aku ya? Aku ijin bertugas, soalnya malaikat kamu
udah balik lagi =(
“Selamat liburan ya!” Senyumku.
“Kamu juga, jaga diri baik-baik
ya!” Balas Farel.
“Bye!” Aku melambaikan tangan
dan pergi.
“Bye!” Lalu pacarmu datang
menjemputmu dengan senyuman hangatnya.
Dia yang bodoh!
“Nih susu cokelat hangat! Kata
bunda, cokelat bisa rubah mood kita jadi lebih fun.” Ujarku sambil menyerahkan
botol minum kecil milikku.
“Thanks!” Kata Farel sambil
meneguk sedikit hot chocomilk dariku.
“Hmm, boleh gak aku sedikit
berkomentar, tapi aku minta maaf dulu sebelumnya.” Ujarku agak gak enak sama
Farel.
“Iya.
Kenapa?” Balas Farel singkat, dia masih dingin, mungkin Farel masih sedih,
karena pacarnya meninggalkan Farel untuk orang lain.
“Pacar
kamu itu bodoh ya? Eh, maksudku mantan kamu, ya siapapun itu?”
“Bodoh?”
Tanya Farel.
“Iya,
bodoh! Soalnya, dia udah ninggalin dan menyakiti perasaan orang yang sangat
menyayangi dia dengan tulus.” Aku langsung menutup mulutku, lalu tersenyum.
“...
Iya, bodoh ...” Farel hanya diam, lalu tersenyum kecil.
Jangan buat aku khawatir lagi ya?
“Kamu jelek kalau lagi bete!” Ujarku pada Farel.
“Berarti aku ganteng kan kalau
gak bete?” Jawabnya.
“Kamu tetep jelek, soalnya
kalaupun kamu lagi gak bete, kamu gak mau senyum!” Balasku.
“Hahaha.” Lalu Farel tersenyum.
Saatnya hampir tiba
“Farel, rasanya sakit. Maafin aku ya.” Ujarku, yang
terbaring lemas di kasur.
“Besok
kita ke kebuh binatang ya?” Tanya Farel, yang tetap menggenggam tanganku saat
aku berbaring di kamar dengan infus yang menggantung disampingku.
“Gak ah, aku takut diculik
beruang.” Ujarku pelan.
“Kan ada aku yang jagain kamu.”
Jawab Farel, sambil tersenyum.
“Gak mau, aku kan harus pulang.”
Balasku sambil mencoba tersenyum.
Ini mantra terakhir =’(
“Farel, hari ini, hari ulang
tahun kamu ya? Aku bingung mau kasih hadiah apa sama kamu, aku belum sempet
nyari, dan aku harus segera pulang, maaf ya... Tapi aku punya sesuatu buat
kamu, mungkin gak seberapa, tapi aku harap, ini bisa mewakili semuanya.
Termasuk kehadiran aku, karena saat kamu baca surat ini, pasti aku udah pulang
dan gak ada lagi di bumi. Aku titip ini aja ya =)”
“Farel,
ini mantra terakhirku. Semangat ya sayang!”
~The End~
Inspirated by You, Universe, Love, and W. Mustika's Book