Senin, 20 Februari 2012

DraWings PART IV: White & Black Butterfly

Di bukit taman bunga ...

"Kau lihat bagaimana mereka terbang?"  Ujar Chatta menunjuk ke arah sunset.
“Tidak" Jawab Cosmo dingin.
 "Mereka bersama-sama mengepakan sayap-sayap harapan mereka tuk terbang menuju mimpi yang ada di depan mata, bukankah itu istimewa?" Chatta menoleh ke arah Cosmo yang berdiri disebelahnya.
 "Ya" Jawab Cosmo.
 "Hmmm, apa kau menyukainya?" Tanya Chatta tersenyum.
 "Mereka begitu indah, ulat kecil yang tumbuh dewasa, sangat istimewa" Jawab Cosmo yang datar-datar saja.
 "Istimewa karena aku bisa melihatnya bersamamu ? Hahaha” Ujar Chatta sambil tertawa.
 "Mereka istimewa karena mereka dapat menjadi diri mereka sendiri" Ujar Cosmo yang emudian pergi meninggalkan Chatta.
“Uh ?? Cosmo ...” Chatta menunduk. “Aku teralu banyak berharap” Bisikku dalam hati.


Cosmo dan Clover kembali ke kota setelah menikmati libur akhir pekan mereka. Mereka tiba dirumah masing-masing. Clover membanting dirinya terlentang di kasur. Kamarnya yang penuh dengan origami-origami yang berisikan surat bahkan foto-foto kenangan yang menggantung di langit-langit. Sebuah pesan masuk lewat handphonenya |“Terimakasih weekend yang menyenangkan, Cosmo ”| Clover membalasnya “Terimakasih juga Cosmo”| “Besok akan aku tunjukan sesuatu” Balas Cosmo| “Baiklah” Jawab Clover singkat.

Keesokan harinya di kampus ...

Clover yang terburu-buru berlari sepanjang koridor, karena ia telat untuk memasuki kelas anatomi tumbuhan. Clover tak sengaja hampir saja bertabrakan dengan seseorang, ketua himpunan bernama Hizu.

“Hah?!” Ucap mereka berdua terkejut.
“Ketua? Maaf aku teralu terburu-buru” Ujar Clover yang tersipu malu.
“Eh? Tidak apa-apa” Ujar Hizu merunduk mengambil sehelai kertas dari arsip Clover yang terjatuh. “Lain kali kau harus hati-hati dan jangan teralu terburu-buru” Bisik Hizu mendekati telinga Clover sambil menyelipkan sehelai kertas yang terjatuh tadi.
“Eh? I iya ketua, aku permisi” Clover bergegas pergi begitu saja menuju kelasnya.

Ditempat lain ...

Cosmo yang sedang berjalan menuju gerbang, diikuti oleh Chatta.
“Cosmo tunggu!” Teriak Chatta dengan nafas terengah-engah.
“Kenapa mengikutiku?” Tanya Cosmo diam.
“Aku hanya ingin ...” Ucap Chatta sambil berpikir.
“...” Cosmo hanya berjalan saja terus menuju bukit taman bunga tempat biasa ia menghabiskan waktu untuk menggambar.
“Cosmo tunggu aku ikut!” Chatta mengikutinya.

Selama berjalan mereka berdua hanya terdiam saja. Chatta yang ragu-ragu akhirnya bertanya juga.

“Cosmo” Ujar Chatta pelan.
“Ya?” Jawab Cosmo.
“Boleh aku ikut denganmu?” Tanya Chatta ragu.
“Ya” Cosmo menjawabnya singkat.

Sesampainya di bukit, tepat dibawah pohon seperti biasa Cosmo mulai menggambarkan sesuatu sambil memandang bunga-bunga yang terhampar luas. Chatta yang tiduran di atas pohon hanya diam dan memperhatikan Cosmo.

“ Cosmo, maaf aku mengganggumu” Ujar Chatta.
“Tidak apa-apa” Tanya Cosmo sambil tetap menggambar.
“Umm Cosmo, boleh aku tanya sesuatu” Jawab Chatta.
“Ya, soal apa?” Ujar Cosmo.
“Apakah kau tidak apa-apa jika selalu dekat denganku. Aku, aku ini tidak nyata Cosmo” Ucap Chatta.
“Tidak” Singkat Cosmo.

Tak lama datang seseorang, itu Clover.

“Cosmo!” Teriak Clover dengan nafas terengah-engah.
“Clover?!” Cosmo berdiri dan berbalik menghampiri Clover.
“Jauh juga tempat ini, kau ingin menunjukan sesuatu apa?” Tanya Clover.
“Biar ku tutup matamu terlebih dahulu” Cosmo menutup mata Clover dan menuntunnya ke puncak bukit.

Beberapa saat kemudian ...

“Buka matamu Clover” Cosmo melepaskan tangannya.
“Ha?! Cantiknya ... Cosmo ...” Clover terkesima dengan pemandangan hamparan bunga warna-warni yang terhempas di hadapan matanya.
“Sama sepertimu” Cosmo menepuk poni Clover.
“...” Clover tersenyum.

Di atas pohon ~
“Cosmo, mungkin memang benar, aku tidaklah nyata, aku hanya sebuah harapan kosong. Terimakasih Cosmo. Seandainya kau tahu, aku menyukaimu. Tapi kini aku tahu, dia lebih membutuhkanmu” Teriak Clover dalam hati.
Clover dan Cosmo berlari sepanjang hamparan bunga-bunga.

“Cosmo, kau lihat bunga-bunga ini?” Tanya Clover.
“Iya, lalu?” Cosmo mendekati Clover yang sedang memperhatikan bunga tulip.
“Dia begitu cantik, dia selalu berusaha memberikan keindahan bagi kita yang melihatnya, bahkan bagi kumbang-kumbang bahkan kupu-kupu yang menikmatinya” Clover mencium bunga tulip merah dengan kupu-kupu diatasnya.
“Aku senang Clover, aku dapat melihatmu tersenyum kembali” Bisik Cosmo dalam hati.

Clover teriam sejenak teringat memori masalalunya dengan Neo. Suatu hari ...

“Neo, ada apa dengan tulip kecilnya? ” Tanya Clover menempelkan dagunya di bahu Neo yang sedang memperhatikan tulip yang mereka rawat berdua.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya memperhatikan kupu-kupu ini sayang. Mereka saling melengkapi, kupu-kupu dengan bunganya. Hangat” Ujar Neo sambil mengusap-usap kening Clover.

“Dia pasti tersenyum bahagia disana” Ujar Cosmo mengulurkan tangannya kepada Clover.
“Uh? Cosmo ... “ Clover mengangkat kepalanya memandang Cosmo.
“Dia pasti ingin melihatmu selalu tersenyum, seperti tulip ini, seperti yang kau katakan tadi. Lalukan yang terbaik, dan berikan yang terbaik untuk semuanya” Cosmo tersenyum.
“Cosmo ...” Clover memeluk Cosmo.

“Jika kamu menjadi lebih baik dengannya, berarti kamu bersama dengan orang yang tepat. Jika dia membuatmu lebih baik atau sebaliknya, berarti kamu belum bersama orang yang tepat. Kenyataannya ... Dia memang yang terbaik untukmu Cosmo” Bisik Chatta dalam gambar.

“Ya, kau benar aku hanyalah ilusi, fana dimatamu Cosmo. Sudah saatnya aku kembali. Ke duniaku ...

To Be Continue ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Syf